Selamat Datang di Blog Edukasi Suparmin, SMA Negeri 1 Pallangga, Gowa, Sulawesi Selatan

Rabu, 21 November 2012

Sentilan Pilkada 2012


Percakapan Pohon

Baru saja kemarin (06/07/09) dinyatakan bahwa putaran pemilu telah memasuki Minggu tenang. Minggu di mana semua atribut dan kegiatan kampanye harus dihentikan. Kita semua melihat jalan-jalan raya yang sebelumnya dipenuhi dengan atribut partai beserta caleg sudah hilang semuanya. Ya, mereka memang sepertinya taat dengan aturan pemilu. Tetapi itu hanya terjadi di jalan raya, di lorong-lorong kecil serta gang-gang masih kita dapati poster dan bendera partai tertempel di beberapa titik.
Apa yang terjadi dengan masuknya masa tenang ini. Ternyata, pohon-pohon di kota besar menjerit kesakitan. Semua bagian pohon yang lain saling memarahi. Kasian pohon. Dialah yang paling apes dalam kejadian ini. Pohon masih merasa begitu kesakitan ketika sang daun berteriak. “Hei ranting, apa yang kamu lakukan, kenapa kami engkau biarkan merasa lapar di siani.” “Ah kalian itu taunya berteriak saja, saya saja ranting yang dekat dengan batang ini merasa kelaparan.” Dengan melalui kesepakatan, maka sang daun dan sang ranting berteriak sebesar-besarnya. “Pohon, kenapa engkau membiarkan kami kelaparan seperti ini?” Tidakkah engkau setia dengan kami? Apalah arti kehadiranmu batang tanpa kami di sini.”
“Ah....aduh....sakit. kawan maafkan aku, aku begitu sulit untuk mengantarkan makanan untuk kalian.” Kata sang pohon. “Kenapa wahai saudaraku?” tanya sang ranting. Ternyata si ranting masih memanggil pohonnya sebagai saudara, padahal sudah sebulan ini dia kekurangan makanan. Hari ini adalah puncaknya, ditambah dengan teriakan sang daun yang seolah-olah menyalahkan dirinya, karena menganggap sang ranting begitu serakah. “Tidakkah kalian melihat saya ini yang penuh dengan darah. Makanan yang saya antarkan untuk kalian begitu banyak hambatannya. Bahkan ada yang harus keluar dari genggaman saya.”
“Betul kawan, aku paham itu.” Sela sang akar. “Begitu banyak makanan yang aku suplai untukmu tetapi ternyat ranting dan daun tidak mendapatkannya.” “Jadi, kalau begitu kami harus bagaimana?” potong sang daun yang semakin lapar. “sabarlah kawan, aku selalu berusaha untuk segera menyembuhkan lukaku ini.” Jadi, mungkin beberapa hari ini pasokan makanan kalian berkurang.” Bujuk sang batang kepada teman-temannya.
Percakapan itu hanya mengingatkan kita bagaimana pohon itu menangis karena ulah para caleg di negeri ini. Mereka dengan begitu tega memasang poster pada tiap batang di pinggiran jalan. Puluhan paku yang mesti tertancap tajam pada batang-batang mereka. Anehnya lagi, setelah poster itu dibuka karena masuknya masa tentang, maka paku-paku itu tetap tertancap kuat pada batang-batang pohon. Pohon semakin susah untuk berkembang, padahal kehadiran mereka sangat dibutuhkan. Bukan hanya dibutuhkan untuk menempel poster tetapi kehadirannya telah membuat kita semua merasa agak sejuh di kota besar ini. Akankah kita menyadari bahwa sesungguhnya banyak cara lain untuk melakukan pemasangan poster yang sifatnya tidak membuat mereka tersiksa. Biarkanlah pohon-pohon itu melambai menyaksikan kita melambaikan bendera. Mereka akan sangat bersyukur ketika tak satupun paku tertancap pada batangnya.
Perilaku caleg yang tak cinta terhadap lingkungan sangat membahayakan masa depan bangsa. Belum lagi pemerintah yang seolah menutup mata dengan semua peristiwa itu. Akibatnya negeri ini tetap berada pada sebuah negeri yang hanya sangat cocok untuk bermimpi. Bermimpi mendapatkan pemimpin yang baik, bermimpi mendapatkan kehidupan yang sejahtera, walau ribuan  bahkan jutaan kata-kata yang telah keluar dari bibir ribuan caleg yang semuanya hanyalah janji. Tanggal sembilan April 2009 nantilah yang akan menjadi momen bersejarah untuk sebuah perubahan. Semoga bukan perubahan dalam mimpi. Jangan sampai mimpi itu semakin terselimuti dengan  hadirnya mimpi yang lain yang juga hanya akan membawa angin malapetaka di negeri ini. Tak cukupkah kiat bercermin pada dua pemilu sebelumnya yang semuanya hanya menjadikan mereka duduk pada kursi empuk dan tak kurang yang berakhir pada tangan KPK. Yang hadir pada pemilu 2009 ini mungkin tak akan lebih dari itu. Hal ini mesti dikatakan karena kehadiran calon legislatif hari ini hanyalah karena uang dan ketokohan. Bukan karena sebuah prestasi dan cita-cita yang luhur untuk menjadikan negara ini sebagai negara yang berdaulat dan menjadikan masyarakatnya sebagai bangsa yang sejahtera.

                                                                                    Makasar, 07 April 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Try Relay: the free SMS and picture text app for iPhone.