Selamat Datang di Blog Edukasi Suparmin, SMA Negeri 1 Pallangga, Gowa, Sulawesi Selatan

Sabtu, 10 November 2012

Drama Sederhana

KESADARAN

Pemain I : (sendiri) hidup ini adalah sesuatu yang indah. Hidup akan abadi.
Hidup, mati. Akhhh.....tidak ada kematian. Kematian hanya akan datang bagi orang yang takut mati. Ih...h..h tapi, sebenarnya aku juga takut mati. Akh....aku tidak akan mati. Badanku begitu besar. Mobilku ada. Segalanya ada padaku. Malaikat pasti akan takut untuk mencabut nyawaku. Akan kubalut malaikat itu dengan kain kafan, biar dialah yang mati.
Shalat lima kali sehari semalam, ah...itu hanya akan menyita waktuku.
Puasa dalam bulan ramadhan! Tidak,t..i..d..a..k. apalagi senin kamis. Aku takut, pasti badanku akan semakin kurus.
Shalat dhuha setiap hari, itu hanya akan menyita waktu sarapanku. Lebih baik sarapan. Minum susu yang banyak agar badanku tetap sehat dan tidak akan dicabut nyawaku ini oleh malaikat itu.
Katanya di surga ada sungai yang dialiri susu. Tapi, aku suka susu strowbery. Emangnya susu di sana rasa strowbery? Katanya juga ada yang disebut neraka. Orang yang tidak shalat akan masuk neraka. Tapi, siapa yang dari sana. Aku tak yakin itu. Semuanya hanya hayalan. Patamorgana. Khayalan.... Patamorgana.... Khayalan.... Patamorgana.... Pa....ta.....

Pemain I kemudian meninggalkan ruangan itu. Entah apa yang diperbuatnya malam itu.

Tak lama kemudian masuklah dua orang lelaki yang bernama Anak 2 dan Anak . Kedua anak ini adalah seorang anak yang saleh. Taat beribadah, juga baik kepada sesama.
Anak : Anak 2, sini dengarkan saya (sambil menarik tangan Anak 2). Mat, katanya kamu berteman dengan Anak 3. Itu tuh anaknya pak Pemain I. Pak Pemain I yang badannya begitu besar. Sebesar......syut..syut
Dalam agama kita dilarang mencela.
Anak 2 : Apakah namanya kita mencela, kalau memang keadaannya seperti itu.
Anak : Ya, kalau salah namanya kan fitnah, kalau benar kan namanya gibah.
Anak 2 : Tidak sia-sia aku punya teman sepertimu.
Anak : (menepuk dada) siapa dulu dong. Pengajarnya kan pak Husain, eh...pak Alam juga.
Anak 2 : Jangan lupa pak Yudhi Jib, awas entar kamu dihukum gara-gara ngga sebutkan namanya.
Anak : Iya, pak Yudhi juga. Itu kan pak Yudi yang keren itu!
Anak 2 : Jib, ngomong-ngomong, entar kamu mau ngga ke masjid untuk shalat. Kita ini kan diwajibkan untuk shalat lima kali sehari semalam. Apalagi kalau kita laksanakan di masjid katanya berlipat 27 kali pahalanya.
(sambil menghitung dengan bibir berkomat-kamit)
Anak : Iya. Aku sebentar shalatnya di masjid. Apa kamu tidak pernah dengar suaraku yang merdu ini azan di sana?
Anak 2 : Oh, itu suara kamu ya....yang....
Ank : (langsung menyela) Yang apa. Mau ngejek aku juga ya!

Anak 2 : Ah, tidak. Maksudnya suara yang begitu merdu kedengarannya. Merdu sekali!.
Anak : Hei Mat. Kamu dengar kan, masjid sudah bershalawat. Artinya sebentar lagi masuk waktu shalat. Sekarang mari kita sama-sama pulang ke rumah mengganti pakaian kemudian ke mesjid. Sampai ketemu di masjid sebentar ya...
Anak 2 : Iya, aku mau dengar suaramu yang merdu itu untuk azan ya....
(sambil melambaikan tangan kepada Anak )
mereka pun berpisah
(kemudian Pemain I kembali masuk pada latar yang berbeda) (dia kemudian mendengarkan suara azan)
Pemain I : Azan lagi...azan lagi. Sekarang waktu paling enak untuk tidur. Pasti nyenyak. Mungkin juga air liur ini akan sedikit mengalir menandakan bahwa memang betul-betul nyenyak.

Mendengar suara Azan, Anak 3, anak pak Pemain I segera masuk untuk mengingatkan orangtuanya.
Anak 3 : Pak, apa bapak tidak mendengar suara azan itu?
Pemain I : Hei, apa kamu kira bapak ini budeg! Ya...dengarlah. itukan suara azan. Suara yang mengganggu itu. Tadi saja air liurku sudah membentuk pulau kalimantan, tiba-tiba azan itu membangunkanku. Padahal aku berencana menggambar pulau kalimantan dan sumatra.
Anak 3 : Lantas, kenapa bapak tidak segera ke masjid.
Pemain I : Hei anak kecil. Berani-beraninya kamu mengajari saya. Saya ini orangnya sudah besar. Saya kan yang membuat kamu ada di dunia ini. Bukannya aku yang mesti mengajari kamu?
He...hidup ini akan abadi. Abadi, seperti abadinya bintang yang tiap malam menemani bulan untuk bercengkrama. Seperti abadinya busa-busa menghibur air yang setia pada sungai yang berliku.
Anak 3 : Ternyata ayah romantis juga ya...! mungkin karena itu ibu jatuh hati pada ayah. Padahal ayah kan, orangnya malas beribadah.
Pemain I : Ibadah bukan soal. Yang penting uang. Uang men. Uang.... sekarang uang bisa segala-galanya
Dengar. Keuangan yang Maha Esa. Bukan lagi Ketuhanan.
Anak 3 : ( menggeleng-gelengkan kepala)
Bapakku benar-benar telah lupa akan sang pencipta. Dia telah begitu dipengaruhi oleh kehidupan dunia. Kehidupan yang hanya sementara. Kehidupan yang hanya akan membawa kita pada kehancuran ketika tidak mampu untuk melawan keinginan. Keinginan yang serakah.
Pa, kalau begitu aku ke masjid dulu. Semoga bapak cepat berubah...
Pemain I : Ya...(sambil mengambil bantal kemudian memeluknya) dia kemudian melongsorkan badannya untuk melanjutkan mimpinya) (sempat terdengar suara ngorok dar Pemain I)



Sementara ketiga bocah ini, setelah melaksankan shalat berjamaah tidak langsung pulang ke rumah. Mereka berkumpul di teras masjid sambil ngobrol-ngobrol. Anak 3 tiba-tiba memotong pembicaraan dan mengajak teman-temannya untuk bermain di rumahnya. Tujuan permainan mereka adalah sebenarnya untuk mempengaruhi ayahnya yang malas itu. Malas beribadah, dan malas segala-galanya. Mereka pun bersepakat untuk melakukan itu. Ketiga anak ini kemudian beranjak dari masjid dan menuju rumah Anak 3
Anak 3 : Assalamualaikum.
Bapak, aku udah pulang.
(Pemain I yang dari tadi masih tertidur tidak memperdulikan mereka)
Mereka pun berkumpul pada ruang itu sementara di sana juga pak Pemain I sedang tertidur.
Anak : Kamu dengar tidak apa yang diucapkan pak Ustad tadi. Katanya, orang yang semasa hidupnya tidak taat kepada Allah akan dilaknat di hari akhirat.
Anak 2 : Dilaknat itu apaan sih...
Anak 3 : Dasar, dilaknat...ya..dilaknat....
Anak 2 : Apa....ya...dilaknat. he...makanya
Anak : Sudah-sudah. Dilaknat itu, artinya mereka akan disika karena mereka tidak melaksankan perintah Allah. Mereka hanya mengikuti kemauannya sediri.
(Anak 2 dan Anak 3 saling tatap kemudian tersenyum)
(sementara itu Pemain I yang merasa terganggu sudah mulai balik kiri kanan) tak lama kemudian matanya terbuka, walau dia tidak mau beranjak dari tempat tidurnya)
Anak 3 : Oh, jadi biarpun badan seseorang besar kalau tidak taat beribadah juga akan dilaknat ya.!
Anak 2 : Ya...iyalah. kok kamu ngga ngerti sih...
Anak : Sebesar bagaimanapun badan seseorang, itu sama di hadapan Allah. Allah tidak mengenal suku, ras, dan berat badan. Apalagi bau...badan!
Anak 3 : Jadi, semua orang akan diperiksa sesuai dengan amalannya?
Anak : Betul sekali. Di hadapan Allah, tinggallah amalan seseorang yang akan membantunya. Lidahnya di gunakan untuk apa? Matanya dia gunakan untuk apa? Tangannya dia gunakan untuk memegang apa? Dan kakinya dia langkahkan ke mana? Semua anggota tubuh kita akan bersaksi di hadapan Sang Halik.
(tiba-tiba Pemain I bangun dan langsung bersin) (bersinnya begitu besar, seakan memecah ruangan itu)
Anak 2 : Eh..bapak, semakin gemuk saja. Maaf kalau kami mengganggu pak.
Pemain I : Bagus, tau diri ya...ya, benar kamu memang dari tadi mengganggu tidurku.
Anak 2 : Apa bapak mendengar pembicaraan kami?
Pemain I : Ya...emangnya aku ini budeg. Ya..dengarlah.
Anak : Pak, katanya orang yang malas beribadah kepada Allah akan dilaknat ya....
Mendegar pertanyaan itu Pemain I langsung tertunduk dan entah menjawab apa. Hatinya begitu tersentuh dengan perkataan bocah itu. Dia kemudian memilih untuk tidak menjawab pertanyaan itu. Dia memilih untuk segera mencuci muka dan mengambil songkoknya.


Pemain I : (masuk kembali ke ruangan itu dan berdoa)
Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu yang telah berada pada jalan yang salah
Ya..Allah. aku begitu bersyukur telah engkau karuniai anak yang bisa menyadarkanku
Ya...Allah, aku berjanji. Aku berjanji
Aku akan bertaubat Nasuha
Anak 2 : Nasuha itu apa ya....
Pemain I : Ya Allah aku akan bertaubat secara menyeluruh. Sebenar-benarnya taubat
Anak : Itulah taubat nasuha...
Pemain I : Ya Allah, jadikanlah aku hamba-Mu yang setia kepada-Mu. Hamba yang taat untuk melaksankan perintah-Mu. Hamba yang jauh dari perbuatan yang engaku tidak ridhai.
Setelah Pemain I berdoa, dia kemudian memeluk anak-anak itu. Badannya yang besar membuat anak-anak itu terangkul semuanya sekali pelukan.


SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Try Relay: the free SMS and picture text app for iPhone.