Selamat Datang di Blog Edukasi Suparmin, SMA Negeri 1 Pallangga, Gowa, Sulawesi Selatan

Selasa, 13 November 2012

Puisi Pribadi


SAJAK MALAM

Cinta telah hadir menjadi sebuah nostalgia masa silam
Hadirnya tidak diduga, mengalir bersama darah, dan kadang mesti berubah menjadi air mata. Air mata bagai titik bening yang mengalir di sela pipi. Aku kadang tak  mampu mengungkapkannya

Aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi hanya sekadar jatuh cinta. Bukan niat untuk memilikimu. Aku hanya ingin ketika esok pada tarikan nafasmu yang ketiga, maka   kau menyebut namaku dan  atas nama    cinta.

Aku ingin mengajakmu bercengkrama di belakang rumahku. Mahkota yang telah kau rawat bertahun-tahun ingin kubelai menjadi sesuatu yang tak boleh disentuh oleh pengembara lain.

Tapi sayang pada langkahku yang ketiga serta tarikan nafasku yang keenam seorang pengembara lain telah datang mendahuluiku memeluk kenangan  manismu. Pohon kamboja itu hanya diam, dia tak mampu berkata apa-apa.

Di suaru serambi rumah aku hanya duduk sendiri. Merenung. Mengulam masa silam yang tiada berarti lagi. Selamat tinggal kenangan. Selamat tinggal cinta. Tapi hanya untuknya. Bukan untuk semuanya.

Longka, Wajo, tengah malam 5 Agustus 2007











GARA-GARA SINGKONG

Setahun lamanya ayahku mencangkul
Ladangnya ditanam  singkong
Penuhlah ladangnya dengan singkong
Jadilah namanya lahan singkong

Pagi singkong
Siang singkong
Malam juga singkong
Di pasar banyak singkong

Ibuku sering menjul singkong
Karena ayahku suka menaman singkong
Jadilah kami keluarga singkong
Ayah, ibu, anak, dan aku suka singkong

Setahun kemudian ayahku sakit
Menurut dokter, gara-gara singkong
Tiga hari selanjutnya dia mati
Mungkin gara-gara singkong

Dia kemudian di kubur
Di belakang ladang singkong
Gara-gara singkong









MAKASSAR

Wajah kotaku nan indah
Telah kudapati gedung menjulang
Sementara kudengarkan pancangan yang bergetar begitu kuat
Gedung pertemuan berkarpet pesanan

Disana juga kulirik rimbut menyelinap pada dinding
Bersama air yang sedang meninggi
Menapak pada telapak kaki yang berbuah dingin
Bersama beliung memutar pondok

Kau hanya asyik dengan balihomu
Terpajang pada setiap sudut kota

Menanti perubahan!
Save our city
Membangun untuk makassar
Menjadikan makassar kota terdepan!
Dan berbagai macam kata buaian

Hanya satu tanyaku
Akankah kau tak menjilat ludahmu sendiri
Dan beronani dengan ucapmu sendiri
Bermesraan bersama kupu-kupu malam

                                                                                    Makassar, 5 Januari 2008







DUNIA

Dalam jiwa, tatap, dan langkahmu
Penuh keremangan tentang keserakahan
Akankah engkau bertahan dengan keikhlasanmu
Dalam lunglai langkah para pemerasmu

Gunung, lembah dirimu telah remuk
Tak lagi tampak kehijauan dalam bukitmu
Semua karena keegoan seorang hamba

Makassar, 14 Desember 2006






















LOSARI

Bentangan limbah di atas birumu
Gundukan plastik dalam penantian sun set mu
Tebaran aroma gila di keindahan hotel hamparanmu
Akankah dapat engkau kembali
Dalam keindahan yang dulu kurasa
Kesejukan senja, cahaya fajar
Keindahan merah dalam kicauan camar pergi tanpa pamit
Oh...oh... losariku, kembalikanlah panoramamu
 
Kamarku, 14 Desember 06, 07.59






















PENGAMEN

Kaleng, berdetak sekeping logam
Dalam untaian suara serak merdu
Nyanyian minta belasan kasih
Tiap serpihan rupiah bagai setitik hujan di musim panas

Kini, engkau tak lagi boleh ada
Jejaran petugas di tiap mangkalmu
Siap menjerat tanpa jaminan
Kebingungan itu harus hilang.
Hidup bukan untuk bingung
Tapi hidup untuk mencari kebahagiaan.

Makassar, 14 Desember 06, 08.00 Wita



















MAKASSAR 01

Makassar, dengan losari yang menakjubkan
Dengan juku eja yang menawan di setiap pancingan
Fengasan coto yang sesak di setiap malam
Dengan gemerlap malam yang setia menemani

Bertahan dalam kanalnya yang hitam
Deretan becak di setiap persimpangan uyang semraut
Goyangan koruptor di atas kursi merah
Tirai berkibar  dengan hembusan nafsu

Mahasiswa melawan
Dengan kekuatan nurani
Entah nurani yang bertahan.



















DEMA

Setahun sudah kuberjuang dengan nurani
Kini, selangkah lagi engkau mesti meniunggalkanku
Kenangan yang telah kita rajuh dalam kebersamaam
Semoga tak menjadi sebuh patamorgana

Simpankanlah sebuah laci untukku
Laci kenangan yang indah
Akan kuisi dan kurawat dengan sebuah keindahan pula
Berbagai nostalgian akan tersusun rapi disana

Pada semua karib yang telah menemaniku
Kuucapkan terima kasih tak terbatas untukmu
Darah, air mata dan kesetiaan telah kau torehkan untukku
Ku tak akan berarti tanpa hadirmu kawan

Segala yang telah kita lalui
Jika didalamnya ada khilaf dan dosa
Maka dengan sudut dan jabatan tangan kuhturkan permohonan maafku untukmu
Kawan, kebersamaan kita tak berakhir di sini

Ku akan selalu setia mengenangmu
Dalam bingkai kebersamaan dan persaudaraan

Adik-adikku
Seilahkan lanjutkan sejarah kami
Buatlah warna kalian di lembaga yang kami cintai
Kami mesti menapakkan kaki,
Tapi bukan untuk pergi selamanya
Kjami ada untuk bersamamau
Kami masih seperti yang dulu
Yang setia menenmainimu.
Makassar, 22 Januari 2007
KEKASIH

Mungkinkah jiwa ini akan mengalun dalam kasih kerinduanmu
Ketika jiwa ini telah syahdu dan tak akan mengering karena kasih rinduku akan selalu bersemi walau tak datang hujan deras yang kau kirimkan dengan kerinduanmu.
Semoga kisih ini menjadi sesuatu yang terindah
Dalam kasih yang setia untuk semua
Bersama rasa bimbang ini dan kemarin juga esok


Rindu
Rindu mengalun dalam penantian
Bersama semerbak mawar yang masih kuncup
Beriring irama detak hujan
Baru beberapa jam yang lalu kita berpisah
Getaran rindu yang mengalir bersama darah, mendidih di atas ubun-ubun.
Lalu tercerai berai dalam air mata duka
Karena rindu itu tak pernah berbalas
Hanya pikiran ini yang mengharapkanmu
Dating pada masa di mana aku sedang menatikanmu pada altar damai
*
Engkau tiba-tiba datang
Bersama sekeping rindu yang telah engkau koyak
Kau sodorkan keping itu padaku
Lalu aku terjatuh karena duka
*
Di belakangmu
Telah kau sembunyikan tiang nisan
Segera engkau tancapkan di samping bahuku
Lalu aku terbangun
Memeluk nisan
Dan melihatmu menjauh sambil mengibaskan rambut yang telah beronani
                                                                                                            Pallangga, 1 Des 2010



























REFORMASI

Sembilan tahun silam
Kisahmu telah menorehkan darah
Dalam perjuangan yang begitu amis
Tak berdebu

Makassar, 22 mei 2007


























KASIH TAK SAMPAI

Pohon camar itu tetap berdiri kokoh di samping rumah
Berderai ketika angin sore meniupnya
Pohon kamboja itu telah rapuh
Bersama usia yang tak lagi ingin bersamanya

Cahaya dari dirimu pun kini telah meredup
Mungkin berganti pada belahan kasih yang lain
Tak ada lagi sebuah titik yang kau sinarkan
Pada wajahku yang sangat merindu
Merindu akan cahaya itu

Betulkan semua yang kurasa
Bahwa jiwamu telah bukan untukku
Atukah aku hanya bermimpi
Tapi, aku sadar bahwa aku belum tertidur


Makassar, 27 Mei 2007














TENTANG PAHLAWAN
Suparmin

Kemarin kakek bercerita tentang masa
Dimana hidup menjadi asa yang kadar sekadar asa
Tapi juga kadang menjadi emas
Jika ingin menyambangi upeti setiap masa

Merah putih bukan untuk menjadi alas tidur
Merah putih adalah perjuangan tetes darah dan keringat
Menjadi pembalut kepala yang bercecer darah
Kadang tak berwarna lagi

Sekarang tombak, badik, dan kalewang
Bukan untuk meneteskan darah lagi
Yangh menjadi harapan nenekku
Pemikiran untuk bangsa

Nenek kemudian menangis
Tangisnya begitu indah
Mengalun syahdu
Dan juga meminta air mata lain
Tentang masa silam, tentang pahlawan.


Walanga, 4 Agustus 2007








RAMADHAN
Armin

Engkau telah kembali membawa kesan kesejukan
Terpampang pintu sorga dalam keinginanmu
Menggembok pintu neraka dengan rantai
Takkan putus dalam tiap masa
Kuyakin semuanya akan menjelma dalam rindu.

Syekh yusuf 13 September 2007
























SARJANA

Andai aku disuruh untuk bercerita
Maka aku yakin kalian akan terkesima
Hari-hari dalam penantian
Untuk sebuah masa depan yang begitu terindukan

Berkumpullah kami
Dalam ruang dengan rona yang sama, kebahagiaan
Setelah berjuang bertahun-tahun
Kini semuanya telah teraih
Masa depan telah terpampang di depan mata
Selamat untuk semua kawanku

                                                                                                Makassar, 5 Januari 2007

_______________________________________________________________________________________________________________________________

















RINDU

Malam ini aku kembali sulit untuk tertidur
Bayangmu senantiasa menghiasi pikiranku
Kapan jasadmu kembali di depanku
Bersua, untuk saling memadu kasih

Sayang, aku betul-betul rindu
Merindu dalam kesendirian
Selalu menanti kehadiranmu
Mengobati rindu yang tak berujung

Kasih, selamat tidur malam ini
Semoga rinduku hadir dalam mimpimu



Makassar, 25 Februari 2008
















Ketika

Di hari yang senja
Lamunan menerawang pada awan
Berkelam bersama mendung
Segera tangiskan bumi

Pada sisi hutan yang tak tersisa
Pada sisi longsor yang maut
Banjir menemani sepinya malam
Berselimut rindu akan masa
                                    Makassar, 13 maret 2008


Malino

Hembusan dingin takapala
Memecah tiap lamunan binisi
Lebatnya pinus
Menenangkan jiwa yang sedih

Darimu bunga edelweis kukirimkan
Untuk keabadian pada dia di sana
Pucuk-pucuk pinusmu
Bergelimang keindahan lipatan awan

Rindu yang menanti
Kerinduan akan dinginnya dirimu
Membawaku pada angan anagan rindu
Bersama malam dalam mimpi indah
                                                                        Makassar, 13 Maret 08



Pagi

Cahaya datang menjambat kegelapan
Melambaikan tangan untuk bumi
Kicau burung menyelip di balik jendela
Mengusik laba-laba yang terlelap

Malam telah pergi
Bukan untuk selamnya
Pagi telah dating
Pun bukan untuk selamanya

Keduanya damai dalam perputaran
Tak pernah nekat untuk saling menggantikan
Tak pernah saling merusak untuk sebuah ego
Damai, tenang, tak saling mengusik

Tidak dengannya
Yang terusik karena rencana internasional
Berkomat ketakutan
Lalu kehilangan masa depan dan juga masa sekarang.




















Pns

Kuulurkan tanganku untuk sebuah rindu
Kukepakkan telinga demi masa depan cerah
Telah tiba masanya
Untuk mengubah nasib

            Dari usia ke usia
            Dari langkah ke langkah
            Semuanya telah terjalin untuk masa depan
            Hai, kpanggil engkau
Rekatkan niatmu
Tentukan keinginanmu.
Untuk masa depan yang indah























Untukmu SMAPAL 2010

Memandang senja
Memikirkan detak-detak kebersamaan itu
Aku tak pernah bisa menepis rindu karena engkau penuh kenangan
Waktu tak akan mungkin berbalik dan aku kau juga tak mungkin menginginkannya

Jika kelak
Engkau berkibar di seberang sana
Putarlah kemudimu
Tengoklah kami di sini

Bersemayam dalam cita, berselimut dalam rindu, tersenyum dalam kengangan
Jika kain putih telah terangkat
Janganlah tangisi kami
Pergilah-tengoklah harimu esok
Karena kami hanya abu yang ingin semerbak bersamamu.

                                                                                    Sy, 16 Mei 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Try Relay: the free SMS and picture text app for iPhone.