Selamat Datang di Blog Edukasi Suparmin, SMA Negeri 1 Pallangga, Gowa, Sulawesi Selatan

Senin, 28 September 2020

Memahami Teks Editorial

 A.      Pengertian

Sahabat pembaca, pernahkah kalian membaca koran? Hal-hal apa saja yang Anda baca pada koran tersebut? Apakah semuanya berita? Baiklah, jangan terlalu banyak bertanya. Jangan sampai pembaca kebingungan sebelum membaca. Sebelum menuliskan pengertian teks editorial,  mari kita membaca dulu, ya! Mari berkonsentrasi untuk membaca teks berikut!

 Saatnya Negara Memaksa

 PANDEMI covid-19 di negeri ini masih jauh dari selesai. Penyebaran virus mematikan itu justru semakin parah. Kematian yang diakibatkannya pun bertambah. Tak tanggungtanggung, sudah lebih dari 10 ribu anak bangsa meninggal lantaran terpapar korona. Jika dibandingkan dengan pasien sembuh yang mendekati 200 ribu dari total kasus positif lebih dari 260 ribu, angka kematian memang sedikit. Akan tetapi, jangankan 10 ribu, satu nyawa saja yang melayang terbilang banyak, sangat banyak. Terus bertambahnya jumlah korban adalah peringatan nyata, amat nyata, bahwa korona benar-benar telah menjelma menjadi malaikat pencabut nyawa. Ia tidak membeda-bedakan suku, agama, ras, golongan, maupun kelas. Siapa pun dan di mana pun berisiko terpapar dan meninggal. Pada konteks itulah, untuk kesekian kalinya kita mengingatkan bahwa wabah korona adalah ancaman luar biasa. Ia tidak bisa dipandang remeh, tak dapat pula dihadapi dengan sikap abai dan bebal. Mau bukti apa lagi bahwa covid-19 memang sangat mengkhawatirkan jika penyebarannya begitu cepat dan terus meningkat dari hari ke hari? Perlu pembenaran apa lagi untuk mengatakan bahwa korona adalah musuh paling berbahaya saat ini jika liang lahad tiada henti digali? Tren peningkatan kasus positif di banyak daerah adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa korona masih terlalu kuat untuk dijinakkan. Saking cepatnya ia menular, rumah sakit dan fasilitas kesehatan mulai kewalahan. Demikian pula dengan tenaga kesehatan yang sudah lebih dari enam bulan berjibaku menangani pasien korona. Karena itu, melalui forum ini kita terus mengingatkan seluruh lapisan masyarakat untuk aktif ambil bagian dalam perang melawan korona. Caranya sangat sederhana, yakni patuh pada ketentuan-ketentuan protokol kesehatan. Mengenakan masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan mungkin terdengar membosankan. Akan tetapi, itulah jurus-jurus jitu untuk melindungi dari pukulan mematikan yang dilancarkan covid-19 selama vaksin dan obat masih dalam penantian. Menghindari kerumunan juga penting, sangat penting. Menghindari kerumunan sama saja menghindari bahaya, bahaya bagi diri sendiri maupun buat orang lain. Seperti jurusjurus sebelumnya, ia juga sangat mudah untuk dilakukan. Namun, hal-hal yang semestinya gampang itu ternyata sangat sulit bagi banyak orang. Tidak sedikit warga masyarakat yang masih abai mengenakan masker dan menjaga jarak saat beraktivitas. Tidak sedikit pula mereka yang bergabung dalam kerumunan, atau bahkan dengan sengaja membuat kerumunan. Apa yang dilakukan seorang pemimpin DPRD kota di Jawa Tengah baru-baru ini ialah contoh kebebalan di tengah pandemi. Sebagai pejabat, dia yang seharusnya menjadi teladan ketaatan terhadap protokol kesehatan justru menggelar konser musik dangdut untuk merayakan pernikahan dan khitanan anaknya yang disesaki ribuan orang. Ironisnya lagi, keramaian tanpa izin itu dibiarkan saja oleh aparat. Kita tidak tahu pasti kapan pandemi ini usai. Karena itu, untuk mencegah korona yang kian menggila, tiada cara lain kecuali memastikan protokol pencegahan dipatuhi oleh seluruh kalangan. Ketentuan-ketentuan dalam pembatasan sosial berskala besar alias PSBB atau apa pun bentuk kebijakan di tiap-tiap daerah jelas bukan untuk gagah-gagahan. Ia disusun untuk diterapkan, dan pemerintah diberi kekuasaan menegakkannya. Kita tidak bisa lagi membuang-buang waktu dengan menunggu kesadaran masyarakat untuk patuh pada protokol kesehatan. Saatnya negara memaksa mereka agar korona tak semakin merajalela.

                                            Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2126-saatnya-negara-memaksa

 Nah, setelah membaca teks tersebut, apakah kalian bisa menentukan jenis teksnya? Apakah teks tersebut termasuk teks editorial? Jika ya, apa alasannya? Jika bukan, pun silakan dijabarkan penyebabnya.

Selanjutnya, kalian dapat mengkaji secara mendalam tentang pengertian teks editorial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan, editorial adalah artikel dalam surat kabar atau majalah yang mengungkapkan pendirian editor atau pemimpin surat kabar (majalah) tersebut mengenai beberapa pokok masalah. Teks editorial merupakan teks dalam suatu media massa yang menyatakan pandangan media yang bersangkutan terhadap suatu isu/permasalahan yang ada di masyarakat. Artinya, harus kalian pahami bahwa teks editorial itu berbeda dengan berita. Teks editorial merupakan tanggapan editor atau pemimpin sebuah media terhadap sesuatu. Biasanya, yang ditanggapi dalam teks editorial dalam koran adalah berita utama.  Berita utama tersebut ditanggapi oleh redaksi dengan memberikan pujian, sindiran, tanggapan, atau saran. Teks editorial biasanya akan muncul secara rutin di koran atau majalah. Bahkan, saat ini sudah ada media elektronik  yang juga menayangkan teks editorial secara rutin.

Teks editorial biasa juga disebut tajuk rencana. Tajuk rencana berisi tanggapan redaksi terhadap suatu hal yang sedang hangat diperbincangan di masayarakat. Tanggapan tersebut lebih berisi pendapat-pendapat, tetapi didasarkan pada data-data yang akurat sehingga pembaca bisa memahami terhadap apa yang dituliskan oleh redaktur. Menurut Dja’far H Assegaf dalam bukunya “Jurnalistik masa kini” yang dikutip dari Lyle Spencer dalam “editoril writing”, tajuk rencana merupakan pernyataan mengenai fakta dan opini secara singkat, logis, menarik ditinjau dari segi penulisan dan bertujuan untuk memengaruhi pendapat atau memberikan interpretasi terhadap suatu berita yang menonjol sebegitu rupa sehingga bagi kebanyakan pembaca surat kabar akan menyimak pentingnya arti berita yang ditajukkan tadi (Dja’far H. Assegaff : 1991).

B.      Ciri-ciri

Setelah memahami pengertian, sekarang kita akan melanjutkan pembahasan mengenai ciri teks editorial. Agar tidak terlalu serius, yuk, siapkan camilan di sekitar Anda. Jika tidak ada, cukuplah segelas air putih agar perasaan tetap segar dan pikiran bisa memahami materi teks editorial.

Ternyata, teks editorial juga memiliki beberapa ciri, yakni:

  • 1.      bersifat analisis;

Editor menulis editorial dengan menganalisis suatu hal. Hasil analisis tersebut dapat berupa saran, tanggapan, kritikan terhadap hal tersebut.

  • 2.       merupakan fakta umum dan pendapat pribadi penulis;

Hal yang dibahas dalam teks editorial merupakan fakta umum yang sedang terjadi dalam masyarakat, namun ditanggapi secara pribadi oleh penulis.

  • 3.       menggunakan pemikiran logis dalam menyampaikan pendapat;

Ide-ide yang disampaikan oleh penulis dalam teks editorial merupakan pendapat yang logis.

4.     ditulis dalam perspektif tertentu untuk mengungkapkan kebenaran pendapat sehingga jika dilihat dari perspektif yang berbeda, kebenaran tersebut bisa bermakna lain atau sebaliknya;

  • 5.       bersifat argumentatif

Segi sifatnya, teks editorial dapat juga disebut teks argumentatif karena berisi pemaparan argumen, pendapat, atau gagasan;

  • 6.       dimulai dari pemaparan fakta umum;

Teks editorial dimulai dari fakta umum lalu disusul dengan pemaparan pendapat. Akan tetapi, ada juga beberapa teks editorial yang dimulai dengan hal khusus lalu dibahas dan diakhiri secara umum.

  • 7.       merupakan informasi yang hangat;

Teks editorial selalu menanggapi sebuah masalah yang sedang hangat diperbincangkan dalam masyarakat. Perbincangan tersebut tidak hanya dalam kelompok tertentu, tetapi menjadi hal yang berkembang secara umum.

  • 8.       tidak menuliskan nama; dan

Dalam teks editorial, nama penulis tidak tertera. Mengapa? Karena teks editorial merupakan pandangan redaksi terhadap sebuah isu. Walaupun ditulis oleh seseorang, tetapi bukan pendapatnya secara pribadi. Oleh karena itu, dalam teks editorial, tidak dikenal penggunaan kata ‘saya’ sebagai kata ganti pertama.

  • 9.       terkadang terdapat prediksi.

Dalam teks editorial atau tajuk rencana, terkadang terdapat prediksi sebagai hasil analisis kondisi yang berfungsi menginformasikan kepada masyarakat akan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi sesuai dengan informasi tersebut.

C.      Tujuan

Bagaimana? Apakah sudah bisa memahami pengertian dan ciri teks editorial? Kok saya bertanya terus, ya! Tidak apalah, toh jika pembaca menjawab, kan dalam hati saja. Baik, mari melanjutkan pembahasan mengenai tujuan teks editorial. Adapun tujuan teks editorial, yakni:

  1. Mengajak pembaca untuk ikut berpikir tentang isu aktual yang sedang hangat dibicarakan atau sedang terjadi di kehidupan sekitar.
  2. Memberikan opini atau pandangan redaksi kepada pembaca terhadap isu yang sedang berkembang.

D.      Struktur

Pembahasan kita semakin banyak. Maaf, jangan lupakan yang sudah dibahas sebelumnya, ya! Jika lupa, baca ulang saja, kawan. Sekarang kita akan membahas struktur teks editorial. Sebelum membaca lebih lanjut, apakah sudah ada yang tahu struktur teks tersebut? Jika belum, tidak usah gusar. Perbaiki saja posisi duduk Anda. Mari mendaras.

  1.             Pernyataan pendapat (tesis)

Bagian ini merupakan sudut pandang penulis terhadap hal yang dibahas. Bagian ini biasanya berisi teori-teori tertentu yang akan diperkuat dengan argumen.

  1. 2.       Argumentasi

Argumentasi merupakan alasan atau bukti yang digunakan untuk memperkuat pernyataan yang telah dituliskan pada bagian tesis. Argumen dapat berupa pernyataan umum/data hasil penelitian, pernyataan para ahli, maupun fakta-fakta berdasarkan referensi yang dapat dipercaya.

  1.       Penegasan ulang

Bagian ini terdapat pada bagian akhir. Merupakan argumen untuk mempertegas ulang pendapat yang didukung dengan fakta-fakta pada bagian argumentasi.

 

E.       Aspek Kebahasaan

1.       Menggunakan ungkapan-ungkapan retoris

Retoris merupakan ungkapan yang tidak membutuhkan jawaban. Tujuannya, menarik perhatian pembaca sehingga melanjutkan bacaan terhadap teks editorial yang ditulis.

2.       Menggunakan kata populer

Penggunaan kata populer membuat pembaca mudah memahami bacaan teks editorial.

3.       Menggunakan kata penghubung kausalitas

Kata penghubung kausalitas seperti, karena itu, sebab itu, digunakan berkaitan dengan penggunaan argumen yang ditulis oleh redaktur/editor dalam teks editorial.

4.       Banyak menggunakan adverbial

Untuk meyakinkan pembaca, diperlukan kata penegas yang dapat mempertegas hal yang dituliskan. Biasanya, adverbia yang digunakan adalah adverbia frekuentatif. Kata-kata yang digunakan antara lain selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan lainnya.

5.       Menggunakan verba material, mental, dan relasional

6.       Terdapat banyak konjungsi

F.       Jenis Teks Editorial

Dalam penulisannya, ternyata teks editorial tidak hanya satu jenis. Setidaknya, ada tiga jenis teks editorial yang sering ditemukan, yakni:

1.       Editorial interpretatif, editorial ini menjelaskan isu dengan menyajikan fakta untuk memberikan pengetahuan terhadap situasi yang terjadi atau peristiwa yang sedang dibahas oleh media tersebut. Dengan begitu, pembaca media massa tersebut dapat memahami kondisi atau peristiwa yang tengah terjadi melalui perspektif media tersebut.

2.       Editorial kontroversi, bertujuan untuk meyakinkan pembaca pada keinginan atau menumbuhkan kepercayaan pembaca terhadap suatu isu. Dalam editorial ini biasanya pendapat yang berlawanan akan digambarkan lebih buruk dari pendapat di dalam teks editorial itu sendiri.

3.       Editorial eksplanator, editorial ini menyajikan masalah atau suatu isu untuk dinilai oleh pembaca. Biasanya teks editorial ini bertujuan untuk mengidentifikasi suatu masalah dan mengajak masayarakat untuk memperhatikan suatu isu.

 

 

Sumber bacaan:

Arni, Ragam Teks Bahasa Indonesia

Buku bahasa Indonesia Kelas XII, Kemdikbud

Hari Wibowo, Bahan Ajar Genre Teks Kelas XII

https://www.dosenpendidikan.co.id/teks-editorial/

https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2126-saatnya-negara-memaksa

 

 

Jangan lupa baca materi yang lain.

https://suparmin01.blogspot.com/2020/09/memahami-teks-eksposisi.html

https://suparmin01.blogspot.com/2020/09/mata-pelajaran-bahasa-indonesia-materi.html

https://suparmin01.blogspot.com/2020/07/rencana-pelaksanaan-pembelajaran-daring_13.html

https://suparmin01.blogspot.com/2020/07/rencana-pelaksanaan-pembelajaran-daring_2.html

https://suparmin01.blogspot.com/2020/07/rencana-pelaksanaan-pembelajaran-daring_12.html

https://suparmin01.blogspot.com/2020/07/materi-surat-lamaran-pekerjaan-bahasa.html

https://suparmin01.blogspot.com/2020/06/balon-pasanganappasiamak-dan.html

https://suparmin01.blogspot.com/2016/05/teori-belajar.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Try Relay: the free SMS and picture text app for iPhone.