Selamat Datang di Blog Edukasi Suparmin, SMA Negeri 1 Pallangga, Gowa, Sulawesi Selatan

Rabu, 12 Maret 2014

Frase


  1. Pengertian
Menurut Elson dan Pickett (1983), frase adalah satuan yang secara potensial terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri proposisi sebuah kalimat. Sedangkan menurut Kridalaksana, (1984), frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat dan juga dapat renggang. Ada pula ahli yang mengatakan bahwa frase adalah satu kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi.
  1. Ciri-ciri  Frase
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa ciri frase adalah…
1.     merupakan gabungan dua kata atau lebih
2.     gabungan dua kata atau lebih dalam frase tidak predikatif
3.     dapat terdiri atas satu kata yang penting keberadaanya dalam sebuah kalimat
Tidak semua gabungan kata merupakan frase. Gabungan-gabungan kata, seperti:
(a)   adik tertidur
(b)   Ayahnya pengarang
(c)   besar kepala
(d)   buah tangan
Gabungan kata tersebut tidak termasuk dalam kategori frase. Pada bagian a dan b, struktur tersebut melebihi batas fungsi, yaitu adik (s) tertidur (p), begitu pun kalimat b. Sedangkan pada bagian c dan d unsur-unsur pembentuk kedua kata tersebut tidak lagi menunjukkan identitas maknanya sehingga tidak dapat dikatakan frase. Besar kepala tidak berarti kepala yang ukurannya besar melainkan berarti ‘sombong’. Kata buah tangan tidak lagi bermakna tangan yang berbuah, tetapi melebur membentuk satu kesatuan makna yang berarti ‘oleh-oleh’. Walaupun demikian, ada pula ahli bahasa yang memasukkan bagian d tersebut ke dalam frase yang disebut dengan istilah frase idiom.
C.   Bentuk/Jenis Frase
Frase dapat dibagi atas dua jenis, yaitu:
1.     Berdasarkan sifat hubungan konstituennya
a.     Frase endosentris
Frase endosentris adalah frase yang keseluruhannya mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu unsurnya.
Konstruksi frase endosentris terdiri atas tiga, yaitu:
1)     Endosentris koordinatif
Frase koordinatif sering juga disebut frase setara. Artinya, pola koordinatif tidak mengenal istilah diterangkan menerangkan, tetapi konstruksi frasenya bersifat setara.
Menurut Parera (1991), secara umum ada empat tipe frase endosentris koordinatif, yaitu:
a)     konstruksi aditif/penambahan
Contoh: putih lagi bersih
            cantik serta jelita
b)    konstruksi penggabungan
Contoh: siswa dan siswi
            suami dan istri
c)     konstruksi pemisahan/pilihan
Contoh: kaya atau miskin
            hidup atau mati
d)    konstruksi perwalian/aposisi
Contoh: Kakak, Firman, Arjandi
             Presiden, SBY, Indonesia
2)     Endosentris atributif
Dalam kerangka frase ini dikenal istilah inti dan atributif atau sumbu dan pewatas ataupun istilah yang lazim yaitu diterangkan menerangkan, menerangkan diterangkan.

Adapun pola frase endosentris atributif, yaitu :
a)     Atribut mendahului induk (pola M D*)
Contoh: amat bagus
            sebuah buku
b)    Induk mendahului atribut (pola D M)
Contoh: rumah batu
            jambu monyet
c)     Atribut terpisah atau terbagi ( pola M D M)
Contoh: seorang mahasiswa Indonesia
            sebuah rumah sakit
            sangat gelap sekali
d)    Atribut dengan induk terpisah (pola D M D)
Contoh: dalam bahasa Indonesia belum ditemukan
                  can never go (dalam bahasa Inggris)
3)     Frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
Contoh: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara semantik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).
b.    Frase eksosentris
Menurut Kridalaksana (1984), frase eksosentris ialah frase yang keseluruhannya tidak mempunyai perilaku yang sama dengan salah  satu unsurnya. Frase ini mempunyai dua bagian, yaitu preposisi dan sumbu. Artinya bahwa frase eksosentris tidak dapat dilacak inti frasenya.

Contoh:
di rumah                       ke sekolah                    tentang ilmu
2.     Berdasarkan kategori gramatikalnya
a.     Frase nominal
Frase nominal ialah frase endosentris berinduk satu yang induknya nomina (Kridalaksana, 1984). Dalam frase ini istilah yang sering digunakan adalah inti dan atribut. Artinya, frase nominal berarti inti atau induk frasenya adalah nomina. Frase nominal sering juga disebut frase benda.
Contoh:   pohon besar
               rumah tingkat
               produksi tahunan
b.    Frase verbal
Frase verbal ialah frase endosentris berinduk satu yang induknya verba atau kata kerja.
Contoh:   mau belajar
               makan malam
               tidur siang
c.     Frase ajektival
Frase ajektival ialah frase endosentris berinduk satu yang induknya atau intinya adalah kata ajektiva atau kata sifat.
Contoh:   sangat cantik
               lebih baik
               kurang tinggi
               tidak nakal
d.    Frase adverbial
Frase adverbial ialah frase endosentris berinduk satu yang induk atau inti frasenya adalah kata adverbial atau kata keterangan.
Contoh:   tidak lebih
              amat sangat
              dengan santai


  1. Frase Ambigu
Dalam penyusunan frase, dikenal juga istilah frase ambigu. Frase ambigu adalah frase yang memiliki makna ganda atau maknanya menjadi tidak jelas.
Contoh: - Perancang busana wanita
Frase tersebut dapat bermakna perancang busana yang berjenis kelamin wanita atau perancang busana khusus untuk pakaian wanita.
- Pemakaman tokoh terkenal
Frase tersebut dapat bermakna tempat atau makam tokoh terkenal tersebut dan dapat pula bermakna proses memakamkan seorang tokoh terkenal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Try Relay: the free SMS and picture text app for iPhone.