- Pengertian
Menurut
Elson dan Pickett (1983), frase adalah satuan yang secara potensial terdiri
atas dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri proposisi sebuah
kalimat. Sedangkan menurut Kridalaksana, (1984), frase adalah gabungan dua kata
atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat dan juga
dapat renggang. Ada pula ahli yang mengatakan bahwa frase adalah satu kata atau
lebih yang tidak melampaui batas fungsi.
- Ciri-ciri Frase
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa ciri frase
adalah…
2.
gabungan
dua kata atau lebih dalam frase tidak
predikatif
3. dapat terdiri atas satu kata yang penting keberadaanya
dalam sebuah kalimat
Tidak semua gabungan kata merupakan frase. Gabungan-gabungan
kata, seperti:
(a) adik
tertidur
(b) Ayahnya
pengarang
(c) besar
kepala
(d) buah
tangan
Gabungan kata tersebut tidak termasuk dalam kategori frase.
Pada bagian a dan b, struktur tersebut melebihi batas fungsi,
yaitu adik (s) tertidur (p), begitu pun kalimat b. Sedangkan pada bagian
c dan d unsur-unsur pembentuk kedua kata tersebut tidak lagi
menunjukkan identitas maknanya sehingga tidak dapat dikatakan frase. Besar
kepala tidak berarti kepala yang ukurannya besar melainkan berarti ‘sombong’.
Kata buah tangan tidak lagi bermakna tangan yang berbuah, tetapi melebur
membentuk satu kesatuan makna yang berarti ‘oleh-oleh’. Walaupun demikian, ada
pula ahli bahasa yang memasukkan bagian d
tersebut ke dalam frase yang disebut dengan istilah frase idiom.
C. Bentuk/Jenis Frase
Frase dapat dibagi atas dua jenis, yaitu:
1. Berdasarkan
sifat hubungan konstituennya
a. Frase
endosentris
Frase
endosentris adalah frase yang keseluruhannya mempunyai perilaku sintaksis yang
sama dengan salah satu unsurnya.
Konstruksi frase endosentris terdiri atas tiga, yaitu:
1) Endosentris
koordinatif
Frase koordinatif sering juga disebut frase setara. Artinya,
pola koordinatif tidak mengenal istilah diterangkan menerangkan, tetapi
konstruksi frasenya bersifat setara.
Menurut Parera (1991), secara umum ada empat tipe frase
endosentris koordinatif, yaitu:
a) konstruksi
aditif/penambahan
Contoh:
putih lagi bersih
cantik
serta jelita
b) konstruksi
penggabungan
Contoh: siswa dan siswi
suami
dan istri
c) konstruksi
pemisahan/pilihan
Contoh:
kaya atau miskin
hidup
atau mati
d) konstruksi
perwalian/aposisi
Contoh: Kakak, Firman, Arjandi
Presiden,
SBY, Indonesia
2) Endosentris
atributif
Dalam
kerangka frase ini dikenal istilah inti dan atributif atau sumbu dan pewatas
ataupun istilah yang lazim yaitu diterangkan menerangkan, menerangkan
diterangkan.
Adapun pola frase endosentris atributif, yaitu :
a) Atribut mendahului induk (pola M D*)
Contoh:
amat bagus
sebuah
buku
b) Induk mendahului atribut (pola D M)
Contoh:
rumah
batu
jambu
monyet
c) Atribut terpisah atau terbagi ( pola M D M)
Contoh: seorang mahasiswa
Indonesia
sebuah rumah sakit
sangat gelap
sekali
d) Atribut
dengan induk terpisah (pola D M D)
Contoh: dalam bahasa Indonesia belum ditemukan
can never go (dalam
bahasa Inggris)
3) Frase
endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan
tambahan.
Contoh:
Susi,
anak Pak Saleh, sangat pandai
Dalam
frase Susi, anak Pak Saleh secara semantik unsur yang satu, dalam hal ini unsur
anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak
Saleh dapat menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi,
anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi,
…., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur
Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi
(Ap).
b. Frase
eksosentris
Menurut
Kridalaksana (1984), frase eksosentris ialah frase yang keseluruhannya tidak
mempunyai perilaku yang sama dengan salah
satu unsurnya. Frase ini mempunyai dua bagian, yaitu preposisi dan
sumbu. Artinya bahwa frase eksosentris tidak dapat dilacak inti frasenya.
Contoh:
di rumah ke sekolah tentang ilmu
2. Berdasarkan
kategori gramatikalnya
a. Frase
nominal
Frase
nominal ialah frase endosentris berinduk satu yang induknya nomina
(Kridalaksana, 1984). Dalam frase ini istilah yang sering digunakan adalah inti
dan atribut. Artinya, frase nominal berarti inti atau induk frasenya adalah
nomina. Frase nominal sering juga disebut frase benda.
Contoh:
pohon
besar
rumah tingkat
produksi tahunan
b. Frase
verbal
Frase
verbal ialah frase endosentris berinduk satu yang induknya verba atau kata
kerja.
Contoh: mau belajar
makan malam
tidur siang
c. Frase
ajektival
Frase
ajektival ialah frase endosentris berinduk satu yang induknya atau intinya
adalah kata ajektiva atau kata sifat.
Contoh:
sangat
cantik
lebih baik
kurang tinggi
tidak nakal
d. Frase
adverbial
Frase
adverbial ialah frase endosentris berinduk satu yang induk atau inti frasenya
adalah kata adverbial atau kata keterangan.
Contoh: tidak
lebih
amat sangat
dengan santai
- Frase Ambigu
Dalam penyusunan frase, dikenal juga istilah frase
ambigu. Frase ambigu adalah frase yang memiliki makna ganda atau maknanya
menjadi tidak jelas.
Contoh: - Perancang busana wanita
Frase tersebut dapat bermakna perancang busana yang
berjenis kelamin wanita atau perancang busana khusus untuk pakaian wanita.
- Pemakaman tokoh terkenal
Frase tersebut dapat bermakna tempat atau makam tokoh terkenal
tersebut dan dapat pula bermakna proses memakamkan seorang tokoh terkenal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar