A. Klausa
Klausa merupakan kelompok kata yang terdiri atas subjek
dan predikat. Klausa dapat menjadi sebuah pembentuk kalimat. Perbedaannya
dengan kalimat, klausa tidak diawali dengan huruf kapital dan tidak memiliki
intonasi atau kesenyapan akhir. Sebuah kalimat dapat terdiri atas satu klausa,
dua klausa, bahkan tiga sampai empat klausa.
Klausa merupakan salah satu unsur pembentuk kalimat. Karena itu, pembahasan tentang klausa lebih detail pada
bagian kalimat.
Contoh: komar sedang belajar
adiknya tidak
sekolah
Contoh klausa di atas dapat berubah menjadi sebuah
kalimat hanya dengan mengubah awal
klausa menjadi huruf kapital dan harus diakhiri dengan kesenyapan (intonasi
akhir).
Contoh: Komar sedang belajar. (kalimat)
B. Kalimat Adiknya tidak sekolah. (kalimat)
- Pengertian Kalimat
Secara hirarkis, kalimat merupakan satuan klausa yang
berada di bawah paragraf atau wacana. Kalimat adalah satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri serta mempunyai
intonasi akhir/final. Kalimat adalah gabungan dari beberapa kata yang
mengungkapkan suatu maksud. Berikut
ini beberapa definisi yang
dikemukan oleh ahli tentang kalimat.
a. Menurut Fokker kalimat ialah tuturan atau ujaran yang
mengandung arti, yang oleh lagunya ditandai sebagai kesatuan yang selesai.
Intonasi final itulah yang menentukan bahwa kita berhadapan dengan kalimat atau
bukan.
b. Menurut Gorys Keraf, kalimat adalah bagian ujaran yang
didahului dan diikuti oleh kesenapan, sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa
bagian ujaran itu sudah lengkap.
Secara
lisan, kalimat diiringi dengan nada bicara, jeda dan intonasi. Secara tertulis,
kalimat ditandai dengan huruf kapital dan tanda baca yang sesuai. Adakalanya
sebuah kalimat dibentuk oleh kata, frase, atau klausa. Yang menentukan kalimat
bukanlah banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya. Olehnya
itu, kalimat dianalisis secara kompleks. Sebuah kalimat dapat dianalisis ketika
berdiri sendiri, berada dalam sebuah paragraf/wacana ataukah hanya membahas
persoalan makna yang bisa saja berbeda dalam sebuah kalimat yang sama. Itulah
pengertian kalimat secara. Setelah timbul pendekatan struktural pada akhir abad
XIX orang sadar bahwa kalimat harus ditinjau pula dari segi strukturnya jika
ingin mendapat gambaran yang tepat.
- Ciri-ciri Kalimat
Ciri-ciri kalimat adalah sebagai berikut.
1. Terdiri atas satu kata atau lebih
2. Mengandung
klausa atau tidak
3. Ditandai oleh
pemakaian intonasi akhir (final). Intonasi
akhir tersebut dapat berupa tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru
(!).
- Unsur Pembentuk Kalimat
1. Kata
Seperti yang dibahasakan sebelumnya bahwa sebuah kata
dapat menjadi sebuah kalimat.
Contoh:
Makan.
Jawaban dari pertanyaan apa yang sedang dikerjakan
oleh Armin.
Walaupun kalimat tersebut terdiri atas satu kata, maka kata
tersebut tetap menjadi unsur dalam pembentukannya.
2. Frase
Frase juga dapat menjadi pembentuk kalimat.
Contoh: Orang itu.
Arman yang gagah
itu.
Dalam bagian contoh di atas, gabungan kata tersebut
termasuk dalam kategori kalimat yang dibentuk oleh frase.
3. Klausa
Sebuah klausa ketika diberikan intonasi akhir maka dapat
menjadi sebuah kalimat. Entah tanda titik, seru, atau tanda tanya yang
diberikan, maka ketiga tanda baca tersebut secara langsung mengubah klausa
menjadi kalimat.
Contoh: Dia makan.
Arman belajar
dengan tenang.
Firman bermain
bola basket di halaman rumahnya.
4. Nada
Nada adalah tekanan tinggi rendahnya pengucapan sebuah
kata.
Contoh: - Aslam meminjam buku saya.
Aslam
yang meminjam buku, bukan Anto.
-
Aslam
meminjam buku saya.
Aslam meminjam bukan membeli.
-
Aslam
meminjam buku saya.
Aslam meminjam buku, bukan
barang yang lain.
-
Aslam
meminjam buku saya.
Buku saya yang dipinjam oleh
Aslam, bukan buku Santo atau yang lain.
Kata-kata yang bergaris bawah pada kalimat tersebut berfungsi
sebagai penanda bahwa kata tersebut merupakan bagian yang dipentingkan. Pemberian
tekanan dimaksudkan agar pendengar memahami apa yang dimaksudkan oleh
pembicara.
5. Jeda
Jeda adalah penghentian lagu kalimat. Dalam bahasa
Indonesia, jeda dibedakan atas tiga, yaitu jeda pendek, jeda sedang, dan jeda
panjang.
Contoh: Ketika hari hujan, saya
tidak datang.
Dalam kalimat di atas jeda pendek adalah perhentian
antarkata. Misalnya antara kata ketika dan hujan. Jeda sedang
ditandai dengan adanya tanda koma, yaitu pada kata hujan dan saya,
sementara jeda panjang terdapat pada akhir perhentian kalimat.
Jeda juga memiliki fungsi pembeda makna kalimat.
Contoh: - Pak Armin itu orang yang pintar.
Yang pintar adalah Pak Armin.
-
Pak, Armin itu, orang yang pintar.
Yang pintar adalah Armin.
-
Pak Armin, itu orang yang pintar.
Yang pintar adalah orang itu
(orang yang ditunjuk oleh seseorang).
6. Tempo
Tempo adalah cepat atau lambatnya pengucapan suatu bagian
kalimat. Fungsinya hampir sama dengan tekanan nada, yaitu mementingkan suatu
kata dalam bagian kalimat.
Contoh: Saya buka menipu tetapi d-i-t-i-p-u.
Kata ditipu dalam kalimat tersebut diucapkan dengan lebih
lambat dengan maksud untuk menimbulkan efek kejelasan bagi pendengar.
7. Intonasi
Intonasi adalah naik turunnya laju kalimat. Intonasi fungsinya sebagai pembentuk makna kalimat. Hal
ini dimaksudkan dalam kalimat tanya, berita, dan perintah.
Contoh: 1. Makan. (memberi tahu)
1.
Makan? (bertanya)
2. Makan!
(menyuruh/memerintah)
Intonasi pada kalimat
berita lebih rendah. Pada kalimat tanya, pada bagian akhir intonasi lebih
tinggi, sementara pada kalimat perintah maka intonasi awal dan bagian akhir
sama-sama meninggi.
- Struktur Kalimat
Sebuah kalimat harus disusun oleh unsur yang jelas dan
memiliki sifat yang tetap. Akan tetapi, sebuah kalimat tidak mesti dilengkapi
dengan semua unsur yang ada. Adapun unsur-unsur pembentuk
kalimat adalah sebagai berikut.
1. Subjek
Subjek adalah unsur yang berfungsi sebagai pokok
pembicaraan suatu kalimat. Subyek didefinisikan sebagai dasar tuturan. Fungsi
subjek pada umumnya diisi oleh kata atau frase benda, baik itu yang sifatnya
konkret atau abstrak. Subjek merupakan jawaban dari pertanyaan apa atau siapa?
Contoh: Salman sedang menulis surat.
Kata
Salman adalah berfungsi sebagai subjek dan merupakan kata benda.
Jika kita bertanya siapa untuk
kalimat di atas, maka jawabannya adalah Salman. (Olehnya itu Salman adalah
subjek)
Namun demikian, ada
pula subjek yang diisi oleh kata kerja.
Contoh: Berlari adalah kesukaannya.
2. Predikat
Predikat adalah unsur kalimat yang berfungsi menjelaskan
subjek. Pada umumnya, predikat berada di belakang subjek. predikat juga
dikatakan sebagai hal yang dikatakan pembicara tentang subyek. Karena predikat
menyatakan sesuatu tentang subyek, pastilah daerah lingkungannya lebih luas
daripada subyek. Predikat sebagian besar diisi oleh kata kerja (verba). Di
samping itu, ternyata ada pula predikat yang diisi oleh kata benda, kata sifat,
dan frase depan.
Contoh: Suparmin menyusun buku
bahasa Indonesia.
Ayahnya petani.
Bunga itu harum sekali.
3. Objek
dan Pelengkap
Pada umumnya, objek adalah kata yang terletak di belakang
predikat. Objek dapat berupa kata benda atau kata ganti. Pelengkap dapat diisi
oleh kata kerja, kata sifat, ataupun kata bilangan.
Ditinjau dari sifatnya, maka objek dibagi ke dalam beberapa
bagian, yaitu:
a. Objek
penderita, yaitu objek yang dikenai perbuatan (selalu melekat pada kalimat
aktif).
Contoh:
Armin menyusun buku.
Sulhamdi melempar mangga.
b. Objek
pelaku, yaitu objek yang melakukan perbuatan (selalu melekat pada kalimat
pasif).
Contoh: Ikan itu dipancing pemancing.
Sepedaku diambil maling.
c.
Obyek ber-kata
depan
Objek ini merupakan pelengkap predikat yang didahului
sebuah kata depan.
Contoh : Ia tahu akan kewajibannya.
d. Obyek semu (pelengkap)
Objek semu merupakan bagian predikat yang tampaknya
merupakan pelengkap, tetapi hanya merupakan suatu kesatuan dengan predikat itu.
Contoh : Ia berjualan kuda.
e. Obyek langsung dan tak langsung
Ada kalanya sebuah kata kerja
memerlukan dua pelengkap. Ada yang langsung dikenai pekerjaan (disebut obyek
langsung), ada yang secara tidak langsung (disebut obyek tidak langsung). Teeuw
berpendapat bahwa obyek tak langsung termasuk predikat sehingga hanya ada satu
obyek.
Contoh
: Ayah membelikan adik sepasang sepatu.
Ternyata antara bagian objek dan pelengkap memiliki
perbedaan-perbedaan. Untuk lebih jelasnya, perbedaan antara objek dan pelengkap
dapat dilihat pada tabel berikut:
NO
|
Objek
|
Pelengkap
|
1
|
Kelas katanya berupa nomina.
Contoh:
Alam melempar mangga.
|
Selain nomina, pelengkap dapat diisi oleh verba dan
adjektiva.
Contoh:
-
Bajunya
berwarna kuning. (adjektiva)
-
Adul berlari kencang. (Verba)
-
Samsul bermain bola. (nomina)
|
2
|
Berada langsung di belakang predikat aktif tanpa
preposisi (kata depan)
Contoh:
Amal menendang bola.
|
Berada
di belakang kata kerja berimbuhan ber- dan dapat didahului oleh
preposisi.
Contoh:
Kakek bersenam pagi.
|
3
|
Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif
Contoh:
Ani menanak nasi. (aktif)
Nasi dinanak oleh Ani. (pasif)
|
Tidak
dapat dipasifkan
Contoh:
Zain berlari kencang.
Kencang berlari Zain. (salah)
|
4
|
Dapat diganti dengan nya-
Contoh:
Adik memukul anjing.
Adik memukulnya.
|
Tidak dapat diganti oleh nya-, kecuali jika didahului
oleh preposisi
Contoh:
Indonesia bercirikan
pulau-pulau.
Indonesia bercirikannya. (?)
|
4. Keterangan
Keterangan adalah unsur penjelas dalam kalimat. Kehadiran
keterangan dalam kalimat bersifat mana suka, artinya hadir atau tidaknya
struktur keterangan dalam kalimat tidak memengaruhi makna kalimat tersebut.
Keterangan hanyalah berfungsi untuk lebih memperjelas kalimat tersebut. Letak
keterangan dalam kalimat pada umumnya berada di belakang atau setelah predikat,
objek, dan pelengkap. Namun demikian, posisi keterangan dapat terletak di awal
kalimat, antara subjek dan predikat. Hanya saja, keterangan tidak dapat
diletakkan antara predikat dan objek. Keterangan dibedakan atas katerangan
kalimat dan keterangan kata. Keterangan kalimat menerangkan seluruh kalimat dan
merupakan gatra. Keterangan kalimat dapat dipindah-pindahkan, bebas. Keterangan
kata tempatnya tidak bebas, terikat kepada kata atau kelomok kata yang
diterangkan. Keterangan kata tidak merupakan gatra tersendiri.
Ciri-ciri keterangan kalimat.
a. bersifat
manasuka
Contoh: Ibu membeli ikan di pasar.
Ibu
membeli ikan.
b. letaknya
bebas
Contoh: Jaya menebang pohon kemarin.
Kemarin
Jaya menebang pohon.
c. umunya
didahului oleh kata depan
Contoh: Dia datang ketika hujan turun.
Salam bercerita tentang nasibnya.
Macam-macam keterangan dalam kalimat, yaitu:
a. Keterangan
tempat
Keterangan tempat memberikan informasi tentang lokasi
kejadian peristiwa. Keterangan tempat selalu didahului oleh preposisi di, ke,
dari, sampai, dan pada.
Contoh: Di rumah ini telah dilangsungkan resepsi pernikahan.
Sulis berangkat ke sekolah.
Perjalanan ini dimulai dari tempat ini.
Dia
telah tertidur pada saat kami menjenguknya.
b. Keterangan
waktu
Keterangan waktu memberikan informasi saat terjadinya
sebuah peristiwa. Keterangan waktu menggunakan kata kemarin, besok, tadi pagi,
sebentar, setelah itu, dan lain-lain.
Contoh: Kemarin adalah hari terakhir bulan
Ramadan.
Besok pagi akan
diadakan upacara bendera.
Sebentar lagi pejabat itu dating.
Kami berada di
tempat ini sejak pagi.
c. Keterangan
tujuan
Keterangan tujuan menyatakan maksud atau tujuan perbuatan
dalam sebuah peristiwa. Kata yang digunakan untuk menandai keterangan tujuan
adalah demi, untuk, agar, supaya, bagi, dan buat.
Contoh: Kami berjuang demi kemerdekaan HAM.
Sutrisno bekerja
untuk menghidupi keluarganya.
Ikram menulis surat
buat adiknya yang berada di luar kota.
d. Keterangan
penyerta
Keterangan penyerta menjelaskan ada atau tidak adanya
orang yang yang menyertai pelaku utama dalam melakukan perbuatan. Kata yang
sering digunakan untuk menyatakan keterangan penyerta, yaitu bersama, dengan,
atau tanpa.
Contoh: Dia
memukul pencuri itu bersama teman-temannya.
Fikar mengerjakan soal itu dengan
kelompok kerjanya.
Soekarno berjuang bersama
pasukan tentara “siap mati”.
e. Keterangan
cara
Keterangan cara menyatakan cara terjadinya suatu
peristiwa.
Contoh: Ayo, berlarilah secepat-cepatnya.
Dia mencuci pakainnya sedikit
demi sedikit.
Dengan tegas dia menolak permintaan itu.
Terang-terangan
ia mengakui perbuatannya.
f. Keterangan
alat
Keterangan alat menyatakan ada atau tidak adanya alat
yang digunakan untuk melakukan suatu perbuatan.
Contoh: Ayah memukul adik dengan balok.
Pak Nadir memotong rambutnya dengan
gunting.
Kakak menggali
sumur tanpa linggis.
g. Keterangan sebab (kausatif)
Yang dimaksud keterangan sebab adalah keterangan yang
menyatakan sebab-sebab terjadinya peristiwa predikat.
Contoh : Ia dihindari orang karena kenakalannya.
h. Keterangan akibat (konsekutif)
Yang dimaksud keterangan akibat adalah keterangan yang
menyatakan akibat peristiwa predikat.
Contoh : Ia tidak pernah istrahat hingga kelelahan.
i. Keterangan modalitas/kesungguhan
Yang dimaksud keterangan modalitas/kesungguhan adalah
keterangan yang menyatakan sikap pembicara terhadap isi kalimat yang
diucapkannya.
Contoh : Ia
barangkali sakit.
Ia
pasti datang.
j. Keterangan kualitas
Yang dimaksud keterangan kualitatif adalah keterangan
yang menyatakan kualitas peristiwa predikat.
Contoh : Ia berjalan lambat-lambat.
Sudirman memasuki rumahnya terburu-buru.
a. Keterangan kuantitas
Yang dimaksud keterangan kuantitas adalah keterangan yang
menyatakan jumlah peristiwa predikat.
Contoh : Ia memukul dua kali.
Sulhaifa naik pangkat tiga kali.
b. Keterangan perlawanan/peralahan/konsesif
Keterangan perlawanan/peralahan/konsesif adalah
keterangan yang menyatakan sesuatu yang berlawanan dengan isi predikat.
Contoh : Ia ikut mendaki gunung
meskipun sakit.
c. Keterangan
kesertaan (komitatif)
Yang dimaksud keterangan komitatif adalah keterangan yang
menyatakan orang yang ikut melangsungkan peristiwa predikat.
Contoh : Ia pergi ke Jakarta dengan
Sidin.
d. Keterangan perbandingan
Yang dimnaksud keterangan perbandingan adalah keterangan
yang membandingkan peristiwa atau hal predikat dengan peristiwa atau hal lain.
Contoh : Tangannya halus seperti tangan
anak kecil.
Dia sakit bagai ayam yang telah dipotong.
e. Keterangan syarat
Yang dimaksud keterangan syarat adalah keterangan yang
menyatakan syarat-syarat yang harus dipenuhi supaya peristiwa predikat dapat
berlangsung.
Contoh : Jika
saya tidak sibuk, saya akan datang ke rumahmu.
- Jenis-Jenis Kalimat
1. Kalimat
Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu
klausa. Artinya, pola kalimat tersebut hanya dibentuk oleh satu subjek dan satu
predikat. Ada pula yang lebih lengkap yaitu memiliki subjek, predikat, objek
atau pelengkap dan keterangan. Dalam
kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib yang dibutuhkan. Dengan
demikian, kalimat tunggal tidak selalu dalam bentuk yang pendek, tetapi juga
dapat memiliki konstruksi yang panjang.
Kalimat tunggal dapat juga diartikan sebagai kalimat yang
hanya terdiri dari inti kalimat atau satu kalimat.
Contoh: Arman mengawasi semua narapidana yang ada di tahanan ini.
Kami mahasiswa UNM.
Sultan memanjat pohon mangga kemarin.
Mereka
akan menggali pekuburan ini.
Berdasarkan bentuk predikatnya, kalimat tunggal terbagi
atas tiga jenis, yaitu:
- Kalimat tunggal berpredikat verbal.
Contoh: Ayahnya menyiram bunga.
Dia bermain basket di lapangan.
Pak
Jaya belum pulang.
- Kalimat tunggal berpredikat nominal.
Contoh: Ayahnya petani.
Dia mahasiswa.
- Kalimat tunggal berpredikat adjektival.
Contoh: Hasdinar cantik.
Pernyataannya benar.
2. Kalimat
Majemuk
a. Pengertian
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua
klausa atau lebih. Artinya, dua klausa itu pasti mengandung dua peristiwa. Sebenarnya,
kalimat majemuk merupakan perpaduan antara beberapa kalimat tunggal. Kalimat
majemuk dapat digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu kalimat majemuk setara,
majemuk bertingkat, dan majemuk campuran.
- Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang hubungan antara
unsur-unsurnya bersifat setara atau sederajat. Kalimat majemuk setara ditandai
dengan konjungsi (kata penghubung) dan, atau, tetapi, lalu, melainkan.
Contoh: Samsir memanjat pohon mangga dan memetik buahnya.
Anda mau belajar atau
tinggal kelas.
Dia tidak menipu, tetapi dia
ditipu.
Susi berlari lalu berenang.
Dia tidak di
Makassar, melainkan di Jakarta.
- Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat mejemuk bertingkat adalah kalimat adalah kalimat
yang hubungan antar unsur-unsurnya tidak sederajat. Salah satu unsurnya
menduduki inti kalimat (induk kalimat) sedangkan unsur yang lain sebagai anak
kalimat.
Berdasarkan kata penghubung yang digunakan, kalimat
majemuk bertingkat terdiri atas:
a. Kalimat
majemuk hubungan kenyataan, ditandai dengan konjungsi sedangkan, padahal.
Contoh: Undangan telah datang
sedangkan kami masih duduk bersantai.
b. Kalimat majemuk hubungan konsesif, ditandai dengan
konjungsi walaupun, meskipun, sekalipun, biarpun, kendatipun, sungguhpun.
Contoh: Dia tetap datang walaupun hari hujan.
Meskipun kakinya sakit, Iwan
tetap berusaha untuk memenangkan pertandingan itu.
c. Kalimat majemuk hubungan perbandingan, ditandai dengan
konjungsi daripada, ibarat, seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana.
Contoh: Daripada Anda tidak sekolah, lebih baik tinggal
di rumahku.
Sulis menyanyi ibarat burung
yang sedang berkicau.
Dia begitu gagah seperti
gagahnya raja Romawi zaman dahulu.
Dia sangat kurus bagaikan
tulang diliputi kulit.
Larinya laksana kucing dikejar
anjing.
Aku
mencintaimu sebagaimana engkau juga mencintaiku.
d. Kalimat majemuk hubungan tujuan, ditandai dengan
konjungsi demi, agar, supaya, biar.
Contoh: Ayahnya meninggalkannya agar dia tahu arti
kehidupan.
Rajinlah belajar
supaya nilai ujianmu tidak menurun.
Saya tidak datang
biar dia tau bahwa saya tidak menyepakati acara itu.
Mifta rela bekerja hingga
larut malam demi mengamankan wilayahnya.
e. Kalimat majemuk hubungan syarat atau pengandaian,
ditandai dengan konjungsi jika, seandainya, andaikata, asalkan, apabila.
Contoh: Aku rela bersamamu asalkan
engkau mengikuti perintahku.
Jika saya telah
lulus, saya akan mengunjungi objek wisata tersebut.
f. Kalimat majemuk hubungan akibat, ditandai dengan kata
penghubung sehingga, akibatnya, sampai-sampai, maka.
Contoh: Kelakuannya tidak baik
sehingga ia dijauhi oleh teman-temannya.
Paman bekerja dengan
serius sampai-sampai tidak mengetahui tamu yang datang.
Fikar sangat suka membalap
maka akhirnya dia terjatuh juga.
g. Kalimat majemuk hubungan penyebaban, ditandai dengan kata
penghubung sebab, karena, oleh karena itu.
Contoh: Ayah menjewer telinga adik karena dia tidak
pernah ingin menuruti perkataan ayah.
Dia tidak hadir
karena ada kegiatan lain yang lebih penting.
h. Kalimat majemuk hubungan atributif, ditandai dengan penggunaan
kata penghubung yang.
Contoh: Pria yang bermobil itu telah
menyakiti hatiku .
Orang yang terbaring
di rumah sakit adalah seorang penjahat.
Ada tiga pedoman
untuk membedakan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat, yaitu:
a. letak kata penghubung
Pada kalimat majemuk setara kata penghubung selalu ada di
antara klausa yang dihubungkan, sedangkan pada kalimat majemuk bertingkat
(kecuali dalam beberapa hal) posisinya dapat di antara kedua klausa yang
dihubungkan, dapat pula pada awal kalimat.
Contoh : Sidin pergi ke Jakarta, tetapi
adiknya tinggal di rumah. (setara)
Tetapi adiknya
tinggal di rumah, Sidin pergi ke Jakarta. (salah)
Ia pergi ketika kita mengunjunginya.
(bertingkat)
Ketika kita
mengunjunginya, ia pergi. (bertingkat)
b. jenis kata penghubung
Kata penghubung yang digunakan di dalam kalimat majemuk
setara jumlahnya tidak banyak, antara lain dan, bahkan, lalu, atau, tetapi,
hanya, jadi.
Kata penghubung yang digunakan dalam kalimat majemuk
bertingkat antara lain ketika, sebelum, sesudah, sehingga, dan lain-lain.
c. lagu/intonasi
Pada kalimat majemuk setara lagu kalimat mempunyai dua
puncak, jadi terbagi menjadi dua makrosegmen, sedangkan pada kalimat majemuk
bertingkat intonasinya hanya mempunyai satu puncak. Dengan demikian lagu pada
kalimat majemuk bertingkat sama seperti lagu pada kalimat tunggal.
Contoh : Uangnya banyak, tetapi
hidupnya tidak tenteram.(setara)
Meskipun uangnya
banyak, hidupnya tidak tenteram.(bertingkat)
- Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah gabungan antara kalimat
majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk campuran dapat
terdiri atas satu induk kalimat dan sekurang-kurangnya dua anak kalimat atau
dua induk kalimat dan satu atau lebih anak kalimat.
Contoh: Saya mengerjakan
buku ini dan adik bermain di sampingku ketika ayah baru datang dari kantor.
Ayah bercengkrama dengan tamu sedangkan ibu asyik
menjahit ketika hujan turun rintik-rintik.
3. Kalimat Mayor dan Minor
Dari segi jumlah konstituen dalam kalimat, kalimat dapat
dibedakan atas:
a. Kalimat mayor
adalah kalimat yang sekurang-kurangnya memiliki/mengandung dua unsur pusat. Unsur
pusat tersebut adalah unsur subjek dan unsur predikat (S + P) atau terdiri atas
subjek, predikat, objek (S+P+O), ataupun dilengkapi dengan keterangan
(S+P+O+K).
Contoh: Ari berenang.
Zulkarnain
meniru pekerjaanku.
Ayah menangkap
pencuri di markasnya.
S
P O KT
b. Kalimat minor merupakan lawan dari
kalimat mayor, yaitu kalimat yang mengandung satu unsur pusat saja. Unsur pusat yang sering digunakan dalam kalimat minor
adalah unsur predikat saja. Kalimat minor umumnya digunakan sebagai kalimat
jawaban atas sebuah pertanyaan, seruan, ataupun perintah.
Contoh: Makan. (sebagai jawaban dari pertanyaan sedang apa Ikram?)
Di dapur. ( sebagai jawaban atas pertanyaan di mana
ibu sekarang?)
Keluar! (sebagai kalimat perintah)
4. Kalimat Aktif dan Pasif
Dari segi fungsi predikat dalam kalimat, kalimat dapat
dibedakan atas:
a. Kalimat aktif
adalah kalimat yang predikatnya melakukan suatu pekerjaan. Ciri utama kalimat
aktif adalah penggunaan imbuhan me(N)- dan ber-.
Contoh: Istriku sedang menulis surat.
Dia
berjoget di ruang tamu.
Ridha mengangkat
topinya.
b. Kalimat pasif
adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan. Yang menandai kalimat aktif
adalah penggunaan awalan di- atau ter- pada predikatnya.
Contoh: Lukisan mahal itu akan dijual
oleh pemiliknya.
Ani terjatuh dari lantai empat
apartemennya.
Kaidah umum untuk pembentukan kalimat aktif dan pasif
dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Cara pertama
(1)
Pertukarkan S dengan O
(2) Gantikan prefiks me- dengan di- pada P
(3) Tambahkan
kata oleh di muka unsur yang tadinya S
Contoh: Ayu membeli sayur.
Sayur dibeli
oleh Ayu.
b. Cara kedua
Adapun kaidah
pembentukan kalimat pasif dengan cara kedua
sebagai berikut:
(1) Pindahkan O ke awal kalimat
(2) Tanggalkan prefi ks me- pada P
(3) Pindahkan S ke tempat yang tepat sebelum verba
Contoh:
Joe sudah mencuci
mobil itu.
Mobil
itu sudah dicuci oleh Joe.
Saya sudah
membaca buku itu.
Buku itu saya sudah baca/buku
itu sudah saya baca.
5. Kalimat Langsung dan Tidak Langsung
Dari segi pengucapan kalimat, kalimat dapat dibedakan
atas:
a. Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat
menirukan apa yang dikatakan seseorang. Bentuk
kalimat langsung dapat berupa kalimat berita, kalimat tanya, ataupun kalimat
perintah.
Ciri-ciri kalimat langsung
·
Menggunakan tanda petik ganda.
·
Dapat
berupa kalimat berita, tanya, dan perintah.
·
Langsung
menirukan apa yang diucapkan seseorang.
Contoh:
Lukman berkata, “Sekarang
adalah zaman modern.”
“Apakah engkau datang hari
ini?” tanya Bakri.
“Saya sangat menyukai
permainan itu,” ujar Ilham dengan penuh canda.
b. Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang melaporkan apa
yang diujarkan oleh seseorang. Berbeda dengan kalimat langsung, semua bentuk
dalam kalimat tidak langsung adalah kalimat berita.
Ciri-ciri kalimat tidak langsung
·
Tidak menggunakan tanda
petik
·
Menggunakan
kata bahwa (tidak semuanya)
Contoh:
Sultan menanyakan benar
tidaknya jawaban saya.
Kepala sekolah berkata bahwa
minggu depan akan diadakan pemeriksaan kesehatan terhadap siswa.
1. Kalimat
transitif dan intransitif
Dari segi butuh tidaknya kehadiran objek dalam kalimat,
kalimat dapat dibedakan atas:
a. Kalimat transitif adalah kalimat yang predikatnya
memerlukan kehadiran objek.
Contoh: Ibu membeli ikan, sayur, dan
daging.
Ayah menyiram bunga di taman.
b. Kalimat intransitif adalah kalimat yang tidak diikuti
objek.
Contoh: Adik sedang bermain.
Sudirman melukis.
2. Kalimat Normal dan Kalimat Inversi
Berdasarkan urutan kata, kalimat dibedakan atas:
a. kalimat normal, ialah kalimat yang subyeknya mendahului
predikat.
Contoh: Saya bermain.
b. kalimat inversi, ialah kalimat yang predikatnya
mendahului subyek.
Contoh: Pergi
Anda!
- Kalimat Efektif
1. Kalimat
efektif adalah kalimat yang benar secara kaidah, yaitu tepat mewakili pikiran
pembaca atau penulisnya, serta mengemukan ide dan pemahaman yang sama antara
pikiran/ide pendengar atau pembaca dan ide penulis atau pembicara. Kalimat
efektif juga diartikan sebagai kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan,
pikiran, dan perasaan dengan tepat ditijau dari segi struktur, diksi, dan
logikanya. Kalimat efektif selalu berterima secara tata bahasa dan makna.
2. Ciri-ciri
kalimat efektif
- Kesatuan gagasan
Unsur-unsur pembentuk kalimat harus saling mendukung
sehingga tercipta suatu kesatuan ide yang padu. Maksudnya, kalimat tersebut
bukan hanya satu ide. Berapapun jumlah ide/gagasannya (baca kalimat majemuk)
yang jelas antara gagasan-gagasan tersebut harus mempunyai hubungan satu sama
lain.
1) Subjek/predikatnya
tidak jelas
Tidak efektif : Berhubung itu menurutnya belum tepat.
Efektif :Sehubungan dengan itu, ia mengemukakan bahwa hal
tersebut belum tepat.
2) Letak
keterangan yang salah
Tidak
efektif : Tahun depan harga
perumahan baru akan dinaikkan.
Efektif : Harga perumahan baru akan dinaikkan tahun depan.
: Tahun
depan, harga perumahan baru akan dianikkan.
3) Gagasan yang berlebih (bertumpuk-tumpuk)
Tidak efektif : Secara langsung dan tidak langsung kita semua
harus bertanggung jawab atas kelangsungan pembanguan bangsa ini.
Efektif : Kita semua, harus bertanggung
jawab atas kelangsungan pembangunan bangsa ini, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
- Kepaduan
Kepaduan dimaksudkan bahwa antara unsur-unsur pembentuk
kalimat itu terjadi hubungan timbal balik.
1) Kata
ganti yang salah
Tidak
efektif : Atas perhatianya, saya ucapkan terima kasih.
Yang jatuh itu adalah mobilnya Gurman.
Efektif : Atas perhatian Bapak, saya ucapkan terima kasih.
Yang jatuh itu adalah mobil Gurman.
2) Penempatan kata depan yang tidak tepat
Tidak efektif :
Saudara
kandung dari Mifta menjadi polisi.
Dia
membeberkan tentang kesalahan yang
pernah dilakukannya.
Efektif : Saudara kandung Mifta menjadi
polisi.
Dia
membeberkan kesalahan yang pernah dilakukannya.
3) Konjungsi
yang tidak jelas
Tidak
efektif : Sulkifli membunuh ular itu; ia membuanganya ke
sungai.
Efektif : Sulkifli membunuh ular itu kemudian membuangnya ke
sungai.
4) Kemubaziran
preposisi
Tidak efektif : Dia tidak pernah menepati akan janjinya.
Efektif : Dia tidak pernah menepati janjinya.
- Kelogisan
Kelogisan dimaksudkan, kalimat itu harus berterima secara
akal. Tidak trdapat kesalahan logika di dalamnya.
Contoh:
Tidak efektif: Pak Suparmin mengajar bahasa Indonesia di sekolah kami.
Bersama surat ini kami
sampaikan bahwa hari ini akan diadakan kerja bakti.
Efektif : Pak Suparmin mengajarkan bahasa Indonesia di
sekolah kami.
Dengan surat ini kami
sampaikan bahwa hari ini akan diadakan kerja bakti.
- Kehematan
Kalimat efektif harus menggunakan kata yang memiliki
fungsi yang jelas dalam kalimat.
1) Menghindari
penggunaan kata umum dan kata khusus secara bersamaan.
Tidak efektif : Kendaraan mobil, motor, dan becak menjadi koleksi
pribadinya.
Efektif : Mobil, motor, dan becak menjadi koleksi
pribadinya.
2) Menghilangkan subjek yang tidak dibutuhkan.
Tidak efektif : Para siswa melakukan unjuk rasa karena mereka
merasa tidak dihargai.
Efektif : Para siswa melakukan unjuk rasa karena merasa
tidak dihargai.
3) Menghindari pemakaian kata yang tidak perlu.
Tidak efektif : Mereka sedang mempertinggikan pematang sawah dan
memperbaiki selokan tempat mengalirkan air.
Efektif : Mereka sedang meninggikan
pematang dan memperbaikai selokan.
4) Menghindari
penggunaan bahasa daerah.
Tidak efektif : Saya datang sama Raib.
Efektif : Saya datang bersama Raib.
5) Menghilangkan
pleonasme
Tidak efektif : Gerombolan sapi-sapi itu merusak tanaman warga.
Efektif : Sapi-sapi itu merusak tanaman warga.
Gerombolan sapi itu
merusak tanaman warga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar