1. Tanda Titik
a. Tanda titik diapaki pada akhir kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan.
Contoh : Saya adalah seorang guru SMA.
Kami datang ketika dia sedang tidur.
b. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam dan
menit yang menyatakan waktu sedang berlangsung.
Contoh
: Sekarang pukul 15.00 Wita..
Kita akan berangkat tepat pukul 09.00 Wita.
c. Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
Contoh :
Pelari itu hanya menggunakan waktu
02.13.54 detik.
0.0.30 (30 detik)
d. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam
suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Contoh
: 1. Daftar Tabel
1.1
Tabel
Angka Pengangguran
1.2
Tabel
Angka Pengangguran Terbuka
1.2.1
Pengangguran
Usia 17-20 tahun
1.2.2
Pengangguran
Usia 21-30 tahun
Catatan:
e. Tanda
titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Contoh : Trianto,
Agus. 2007. Bahasa Indonesia. Jakarta: Esis.
f. Tanda
titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh : Kabupaten
Gowa berpenduduk 100.000 orang..
Kecelakaan tersebut menewaskan 1.230 orang.
Tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan bilangan
ribuan dan kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh : Saya lahir pada tahun 1984.
Nomor teleponnya
adalah 887987.
Coba buka halaman 1127.
g. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan
kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh : Intisari Bahasa dan Sastra
Indonesia (tanpa titik)
Kamus Besar
Bahasa Indonesia (tanpa titik)
Banyak Jalan
Menuju Roma (tanpa titik)
h. Tanda titik tidak dipakai di belakang,
(1) alamat
pengirim dan tanggal surat;
Contoh
: Pengirim
Suparmin, S.Pd.
Jalan Syekh Yusuf V/9c
Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa (tanpa
titik)
Makassar, 1 Januari 2009 (tanpa titik)
Kantor Komisi Pemberantasan
Korupsi (tanpa titik)
Jalan
Sutomo (tanpa titik)
Jakarta
(tanpa titik)
(2) nama dan alamat penerima surat.
Contoh : Yth. Hasdinar, S.Pd.
Jalan Muhajirin
II/09, Makassar (tanpa titik)
2. Tanda
Koma
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
perincian atau pembilangan.
Contoh : Saya mempunyai kamera, komputer, dan televisi
Satu, dua,….tiga…
Kertas,
lem, dan berbagai macam ATK dijual olehnya.
Catatan:
Perincian yang
menggunakan tanda baca koma minimal tiga bagian. Jika perinciannya hanya dua,
tanda baca koma tidak digunakan, melainkan langsung diantarai dengan kata
penghubung.
b. Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang
menggunakan kata penghubung tetapi dan melainkan.
Contoh : Saya ingin pergi, tetapi hari hujan.
Saya tidak mencurinya,
melainkan temannya sendiri yang mengambilnya.
c. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan akan tetapi.
Contoh : ....Oleh karena itu, kita harus memperhatikannya.
....Jadi, hal
itulah yang dapat saya lakukan.
....Lagi pula, saya kedatangan tamu pada hari Ahad.
....Meskipun
begitu, saya tetap mendukungnya.
....Akan tetapi,
dia tetap datang.
d. Tanda koma dipakai untuk memisahkan antara anak kalimat
dan induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Contoh : Jika saya lulus, saya akan mentraktir
teman-temanku.
Karena hari hujan, ia tidak datang ke pesta.
Akan tetapi, jika induk kalimat mendahului anak kalimat
maka tanda koma tidak digunakan.
Contoh : Saya akan mentraktir
teman-temanku jika saya lulus.
e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti oh,
ya, wah, aduh, amboi, aduhai, kasihan, dari kata lain yang terdapat dalam
kalimat.
Contoh : Oh, begitu?
Ya, pergilah.
Aduh, sakit sekali lukaku.
Amboi, indahnya Pantai
Losari.
f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat.
Contoh : Armin berkata, “Engkau cantik sekali.”
“Engkau cantik
sekali,” kata Armin.
g. Tanda koma dipakai diantara (1) nama dan alamat, (2)
bagian-bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, dan (5) nama tempat dan wilayah
atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh : Surat untuk Fajri, Jalan
Bontonompo 30, Gowa, Sulsel, Indonesia
Makassar, 14 Februari 2009
Tuhoi, Desa Tabbingjai, Kec. Tombolo Pao, Kab. Gowa,
Provinsi Sulawesi Selatan
h. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang
dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh : Armin, Suparmin. 2009. Tentor
Kreatif. Makassar:
PT Makmur Ilmu.
i. Tanda koma dipakai diantara bagian-bagian dalam catatan
kaki.
Contoh : Suparmin, Pengajar Bahasa Kreatif (Makassar: PT
Makmur Ilmu), hlm. 34.
j. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar
akademik yang mengikutinya untuk membedakan dari singkatan nama diri, keluarga,
atau marga.
Contoh : Suparmin, S.Pd.
Prof. Dr.
Anshari, M.Hum.
Drs. H. Andi Wardihan P., M.Pd.
k. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara
rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh : 13,5 m
107,33 mm
Rp 1.099,200
l. Tanda
koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh : Ibu saya, Hawijah, telah pensiuan sejak bulan
Januari 2009.
Seluruh siswa, baik laki-laki
maupun perempuan, diharapkan datang untuk mengikuti pelatihan seni tari.
m. Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baca—di
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh : Atas kedatangan Arman, Firman
mengucapkan terima kasih.
n. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan
langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Contoh : “Berapa uangmu?” tanya Jaya
kepada istrinya.
“Pergilah sekarang!” perintah Norma.
3. Tanda
Tanya
a. Tanda
tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Contoh : Kapan kamu akan menikah?
Apakah
dia kekasihmu?
b. Tanda
Tanya dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh : Wawan memiliki kekayaan
hingga miliaran rupiah (?).
Dia lahir tahun 1950 (?)
4. Tanda
Seru
a. Tanda
seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.
Contoh : Tinggalkan kampung ini sekarang juga!
Tolong!
b. Tanda
seru dipakai untuk mengikuti kata seperti O, yah, wah, aduh.
Contoh
: Oh!
Wah!
5. Tanda
Titik Koma
a. Tanda
titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Contoh : Ayah sedang menonton; ibu
tertidur di kamar.
Hari semakin
petang; dia belum datang juga.
b. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata
penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Contoh : Adik bermain bola; kakak
menyiram bunga.
Ayah sedang menonton; kakak
mengajari adik di ruang tamu; saya sendiri sibuk membersihkan motorku.
6. Tanda
Titik Dua
a. Tanda
titik dua dipakai pada akhir pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau
pemerian.
Contoh : Tolong ambilkan alat tulis berupa: buku gambar,
pensil, dan penggaris.
Bagian-bagian
imbuhan terdiri atas:
-
awalan
-
akhiran
-
imbuhan
gabung
-
sisipan
Catatan:
Titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: Saya akan membeli buku,
pensil, dan mistar.
Indonesia terdiri atas
beberapa pulau.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan
yang memerlukan pemerian.
Contoh : Penaggung jawab : Suparmin
Ketua Panitia : Nurul Fajri
Sekretaris : M. Sijaya
c. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah
kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh : Ibu :
(membuka pintu) Dari mana nak?
Anak : Dari rumah teman, Bu!
d. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor
dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara
judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku
acuan dalam karanga.
Contoh : Surat Yunus: 23
Islam dan
Negara: Sebuah Studi Realitas.
Armin.2010.Bahasa. Makassar: Alam Indah.
7. Tanda Hubung
a. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh : Anak itu bermain-main di sungai yang dangkal.
Mereka bermain kucing-kucingan.
b. Tanda
hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Contoh : a-k-a-s-i-a
b-e-n-d-a-h-a-r-a
10-11-1984
c. Tanda
hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan
bagian kata di depannya pada pergantian baris. Akhiran –i tidak dipenggal untuk
menghindari adanya satu huruf saja pada pangkal baris.
Benar
|
Salah
|
1. Saya
akan berma-
lam di rumahmu.
2. Besok
dia akan per-
gi ke luar negeri.
|
1. karena dia
dikejar anjing, dia lar-
i
terbirit-birit.
2.Kemarin Arfan
menangis karen-
a ibunya tidak memberikan uang.
|
d. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang
terpisah oleh pergantian baris. Namun demikian, suku kata yang berupa satu
vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.
Contoh : Jangan engkau menjadi-
kan hal itu
sebagai suatu yang biasa.
Karena ayahnya
marah, dia memukul-
i anaknya sampai babak belur. (salah)
e. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas (1) hubungan
bagian kata atau ungkapan dan (2) penghilangan bagian kelompok kata.
Contoh : ber-evolusi
dua puluh-tiga
perempat
kesetiakawanan-masyarakat
f. Tanda
hubung digunakan untuk merangkaikan (1) menyambungkan imbuhan se- dengan
kata yang dimulai dengan huruf kapital, (2) ke- dengan angka, (3) angka
dengan –an, (4) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (5) nama
jabatan rangkap.
Contoh : se-Makassar ber-Tuhan
SIM-nya KTP-nya
ke-12 ber-5
hari-H
sinar-X
Menteri-Sekretaris Negara
g. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan imbuhan dengan kata
asing.
Contoh
: di-smash
pen-tackle-an
mem-back up
di-reshuffle
8. Tanda
Pisah
a. Tanda
pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar
bangun kalimat.
Contoh:Diantara manfaatnya—kekurangannya dibicarakan pada
bagian lain—adalah dapat menjadikan kulit tetap awet muda.
b. Tanda
pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh : Hal yang telah dilakukannya—membangun jembatan,
memasang papan jalan, dan membersihkan saluran air—sangat membantu masyarakat
Desa Tabbingjai.
c. Dipakai
di antara dua bilangan, tanggal, atau
nama kota dengan arti ‘sampai’ atau ‘sampai ke’.
Contoh
: tahun anggaran
2008—2009
Jalan poros Makassar—Sinjai banyak berlubang.
9. Tanda
Elips
a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yan terputus-putus.
Contoh : Kalau memang seperti itu yang
engkau inginkan…ya, tak apalah.
Oh…begitu!
b. Tanda
elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
Contoh : Negara kita telah mengalami…yang berat.
Jika saya lulus,…saya akan melakukan syukuran.
c. Jika bagian kata yang dihilangkan mengakhiri sebuah
kalimat, perlu dipakai empat titik; tiga buah titik untuk menandai penghilangan
teks dan satu lagi untuk menandai akhir kalimat.
Contoh : Kita harus memiliki bagian….
10. Tanda
Kurung
a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan.
Contoh : SIM (Surat Izin Mengemudi) miliknya disita.
Apakah STTB (Surat Tanda Tamat
Belajar) kami telah selesai dilegalkan?
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Contoh : Bupati merekomendasikan camat (Aslam,
S.Sos) untuk menghadiri rapat rencana swasembada pangan.
c. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu
urutan keterangan.
Contoh: Hal yang harus diperhatikan
menyangkut masalah (a) keamanan, (b)
keadilan, dan (c) kejujuran.
d. Tanda kurung mengapit angka atau kata yang kehadirannya
dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh : Ayahku (pergi) ke luar negeri.
11. Tanda
Kurung Siku
a. Tanda
kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda ini
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah
asli.
Contoh : Masyarakat men[d]engarkan kampanye caleg.
b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh : Keuntungan (kerugiannya
dibicarakan dalam bab II [lihat halaman 10-12] sangat banyak.
12. Tanda
Petik Tunggal
a. Tanda
petik tunggal mengapit petikan yang tersusun dalam petikan lain.
Contoh : Tanya Busra, “Apakah kamu tidak mendengar bunyi
‘desahan’ tersebut?
“Ketika anak itu tenggelam,
kata yang terakhir dia keluarkan ‘tolong…tolong’ berkali-kali,” ucap Mimpu
dengan yakin.
b. Tanda
petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan
asing.
Contoh
: acceleration
‘percepatan’
Try out ‘uji coba’
13. Tanda
Petik Ganda
a. Tanda
petik ganda mengapit petikan langsung yang berasal dari ucapan langsung dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh
: Kata Ashar, “Ayah, saya sudah besar.”
Pasal 1 berbunyi, “Indonesia adalah Negara
berbentuk republik.”
b. Tanda petik ganda mengapit judul syair karangan atau bab
buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh : Carilah puisi “Mengisap Sebatang Lisong” di koran Kompas
terbitan hari ini.
Sajak “Cinta” karya Armin terdapat pada halaman 5.
c. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri
petikan langsung.
Contoh: Kata Amal, ”Mereka harus
diwaspadai.”
d. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal
atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh : Karena badannya seperti itu, temannya
memanggilnya “si Gendut”.
“Ember” dia diberikan kepercayaan.
14. Garis
Miring
a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor
pada alamat dan penanda masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin.
Contoh : No. 10/PP/SIT/III/2009
Jalan Syekh Yusuf 3/9
Sungguminasa
tahun pelajaran
2008/2009
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau,
tiap.
Contoh : Kita ke Bali lewat darat/laut.
(atau)
Langsat itu berharga
Rp2.000,-/kilo. (tiap)
15. Tanda Baca Penyingkat atau Apostrof
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata
atau bagian angka tahun.
Contoh : ‘kan (akan)
‘84 (1984)
‘lah (telah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar