1.
Pengertian
Secara
etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang
berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta,
yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Puisi adalah bentuk
karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan sarat akan makna. Keindahan
sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan irama yang terkandung di
dalamnya.
Ada beberapa pengertian lain mengenai puisi yang
dikemukakan oleh parah ahli, yaitu:
1. Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi
merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta
penyusunan larik dan bait.
2. Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi
merupakan ungkapan secara implisit, samar dengan makna yang tersirat di mana
kata-katanya condong pada makna konotatif.
3. Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa
puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
4. William Wordsworth (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa
puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya,
memperoleh asalnya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian.
5. Percy Byssche Shelly (Situmorang, 1980:9) mengatakan
bahwa puisi adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling senang
dari pikiran-pikiran yang paling senang.
6. Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi
adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia
dalam bahasa emosional dan berirama.
7. Lescelles Abercrombie (Sitomurang, 1980:9) mengatakan
bahwa puisi adalah ekspresi dari pengalaman imajinatif, yang hanya bernilai
serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang
diutarakan dengan bahasa yang mempergunakan setiap rencana yang matang serta
bermanfaat.
Bahasa yang
digunakan dalam puisi berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam ragam
sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, tetapi makna yang
dikandungnya sangat kaya. Kata-kata yang digunakanan adalah kata-kata bermakna
konotatif yang memiliki penafsiran yang luas. Sebuah makna dalam puisi bisa
saja berbeda berdasarkan penafsiran dari seseorang.
Kekhasan puisi
lainnya adalah penyajiannya yang bersifat monolog. Penyair mengutarakan pikiran
dan perasaannya dengan berbicara sendiri secara langsung.
2.
Ciri-ciri Puisi
Ciri-ciri puisi sebagai berikut:
a. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas atau terdapat
pemadatan bahasa. Puisi mengutamakan keindahan bahasa.
b. Dalam
penyusunannya, unsur-unsur bahasa tersebut dirapikan, diperbaiki, dan diatur
sedemikian rupa dengan memperhatikan irama dan bunyi.
c. Puisi berisikan ungkapan pikiran dan perasaan penyair
yang berdasarkan pengalaman dan bersifat imajinatif.
d. Bahasa yang digunakan bersifat konotatif.
e. Puisi dibentuk oleh struktur fisik (tipografi, diksi,
majas, rima, irama) serta struktur batin (tema, amanat, perasaan, nada, dan
suasana puisi).
f. Disajikan
dalam bentuk monolog.
3.
Unsur-unsur Puisi
Ada beberapa
pendapat tentang unsur-unsur pembentuk puisi. Salah satunya adalah pendapat
I.A. Richard. Dia membedakan dua hal penting yang membangun sebuah puisi yaitu
hakikat puisi (the nature of poetry), dan metode puisi (the method of
poetry).
Hakikat puisi
terdiri dari empat hal pokok, yaitu
1) Sense
(tema, arti)
Sense
atau tema adalah pokok persoalan (subyek matter) yang dikemukakan oleh
pengarang melalui puisinya. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik
secara langsung maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau
mencari-cari, menafsirkan).
2) Feling
(rasa)
Feeling
adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya.
Setiap penyair mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi suatu
persoalan.
3) Tone
(nada)
Yang
dimaksud tone adalah sikap penyair
terhadap pembaca atau penikmat karyanya pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair
bisa bersikap rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif.
4) Intention
(tujuan)
Intention
adalah tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut. Walaupun kadang-kadang
tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti mempunyai tujuan dalam
karyanya. Tujuan atau amanat ini bergantung pada pekerjaan, cita-cita,
pandangan hidup, dan keyakinan yang dianut penyair.
Pendapat
umum mengatakan bahwa berbeda dengan unsur sastra yang lain, unsur puisi dibagi
menjadi dua, yaitu unsur fisik atau bentuk dan unsur batin atau isi.
a. Unsur
Fisik/Bentuk
Unsur
fisik berarti unsur-unsur yang meliputi bagian luar dari sebuah puisi. Unsur
fisik meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Diksi
Terkadang diksi disamakan dengan pilihan kata. Seorang
penyair harus pintar dalam memilih kata. Kata-kata yang ditulis merupakan hasil
pertimbangan, baik itu dalam maknanya, komposisi bunyinya dalam rima dan irama,
maupun hubungan antara satu kata dengan kata yang lain, serta posisi kata dalam
keseluruhan bentuk puisi. Pemilihan kata dalam puisi harus mempertimbangkan
berbagai aspek estetis. Dalam puisi, kata-kata yang digunakan juga adalah kata
yang bermakna konotatif/makna kias. Mungkin saja dari satu kata memiliki makna
yang berbeda. Kata-kata yang digunakan juga memiliki aspek keindahan yang
berbeda dengan penggunaan bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pengimajinasian
Pengimajinasian
dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman atau khayalan imajinasi. Dengan penggunaan kata yang memiliki
imajinasi tinggi, seolah-olah pembaca dapat mendengar, melihat, ataupun
merasakan apa yang diungkapkan penyair dalam sebuah puisi.
Imaji disebut juga citraan, atau gambaran angan. Ada beberapa macam citraan, antara lain
·
Citra
penglihatan, yaitu citraan yang timbul oleh penglihatan atau berhubungan dengan
indra penglihatan
·
Citra
pendengaran, yaitu citraan yang timbul oleh pendengaran atau berhubungan dengan
indra pendengaran
·
Citra
penciuman dan pencecapan, yaitu citraan yang timbul oleh penciuman dan
pencecapan
·
Citra
intelektual, yaitu citraan yang timbul oleh asosiasi intelektual/pemikiran.
·
Citra
gerak, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yanag sebetulnya tidak bergerak
tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak.
·
Citra
lingkungan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran selingkungan
g. Citra kesedihan, yaitu citraan yang
menggunakan gambaran-gambaran kesedihan
3. Majas
Majas
(figurative language) merupakan ungkapan yang digunakan oleh penyair
dengan cara memnadingkan dengan benda atau kata lain. Majas adalah bahasa yang
digunakan penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara pengiasan, yang secara
tidak langsung memperkaya makna. Majas tersebut digunakan untuk membuat sebuah
puisi sarat makna serta memiliki keindahan bahasa tersendiri. Majas digunakan untuk menyampaikan perasaan, pengalaman
bantin, harapan, suasana hati, ataupun semangat hidupnya. Majas memiliki
pengaruh yang besar untuk menciptakan sebuah puisi menjadi menarik, konotatif,
serta sarat makna. Adapun majas yang sering digunakan dalam puisi adalah
sebagai berikut.
·
Perbandingan
(simile), yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan
mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, sebagai, bak, seperti,
semisal, umpama, laksana, dll.
·
Metafora,
yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain tanpa
mempergunakan kata-kata pembanding.
·
Perumpamaan
epos (epic simile), yaitu perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang
dengan cara melanjutkan sifat-sifat perbandingannya dalam kalimat
berturut-turut.
·
Personifikasi,
ialah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia di mana benda mati dapat
berbuat dan berpikir seperti manusia.
·
Metonimia,
yaitu kiasan pengganti nama.
·
Sinekdoke,
yaitu bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting untuk benda itu
sendiri.
·
Allegori,
ialah cerita kiasan atau lukisan kiasan, merupakan metafora yang dilanjutkan.
4. Kata
Konkret
Kata
konkret digunakan untuk membangkitkan daya imajinasi pembaca. Jika penyair
mahir mengonkretkan kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar,
atau merasakan sesuatu yang dilukiskan oleh penyair. Dengan kata yang
diperkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan
yang dilukiskan oeh penyair. Slamet Mulyana menyebutnya sebagai kata berjiwa,
yaitu kata-kata yang telah dipergunakan oleh penyair, yang artinya tidak sama
dengan kamus.
5. Rima,
irama, dan ritme
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Rima berfungsi
untuk membentuk musikalisasi dalam puisi. Dengan adanya rima tersebut, efek
bunyi yang diciptakan oleh penyair semakin indah, dan makna yang ditimbulkanny
pun semakin kuat. Rima juga diartikan sebagai pengulangan kata, frase, atau
kalimat dalam bait-bait puisi. Pengulangan tersebut bisa saja berada pada
bagian awal kata ataupun akhir kata tiap bait dalam puisi.
Berdasarkan jenisnya, rima atau persajakan dibedakan
menjadi
·
Rima sempurna,
yaitu persama bunyi pada suku-suku kata terakhir.
Contoh: kemari-berduri awan-rawan
·
Rima
tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata
terakhir.
Contoh: rindu-gincu
·
Rima
mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada dua kata atau lebih secara mutlak
(suku kata sebunyi)
·
Rima
terbuka, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku akhir terbuka atau
dengan vokal sama.
·
Rima
tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup
(konsonan).
·
Rima
aliterasi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bunyi awal kata pada baris
yang sama atau baris yang berlainan.
·
Rima
asonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada asonansi vokal tengah kata.
Contoh: benam-kalam keladi-merapi
·
Rima
disonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapaat pada huruf-huruf mati/konsonan.
Contoh: laut biru langit
biru
Berdasarkan letaknya, rima dibedakan atas:
a. Rima
awal, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada awal baris pada tiap bait puisi.
b. Rima
tengah, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di tengah baris pada bait puisi.
c. Rima
akhir, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di akhir baris pada tiap bait puisi.
d. Rima
tegak yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bait-bait puisi yang dilihat
secara vertical.
e. Rima
datar yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada baris puisi secara horizontal.
f. Rima
sejajar, yaitu persamaan bunyi yang berbentuk sebuah kata yang dipakai
berulang-ulang pada larik puisi yang mengandung kesejajaran maksud.
g. Rima
berpeluk, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama
dan larik keempat, larik kedua dengan lalrik ketiga (ab-ba).
h. Rima
bersilang, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama
dengan larik ketiga dan larik kedua dengan larik keempat (ab-ab).
i. Rima
rangkai/rima rata, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir semua
larik (aaaa).
j. Rima
kembar/berpasangan, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir dua
larik puisi (aa-bb).
a. Rima
patah, yaitu persamaan bunyi yang tersusun tidak menentu pada akhir larik-larik
puisi (a-b-c-d).
Irama ialah pergantian turun naik, panjang
pendek, keras lembutnya ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Irama dibedakan menjadi dua,
·
metrum,
yaitu irama yang tetap, menurut pola tertentu.
·
ritme,
yaitu irama yang disebabkan pertentangan atau pergantian bunyi tinggi rendah
secara teratur.
Irama diwujudkan dalam bentuk tekanan-tekanan pada kata.
Tekanan tersebut dibedakan menjadi tiga,
·
dinamik,
yaitu tekanan keras lembutnya ucapan pada kata tertentu.
·
nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara.
·
tempo, yaitu tekanan cepat lambatnya
pengucapan kata.
6. Tipografi
Topografi
adalah bentuk, susunan kata-kata dalam puisi. Penggunaan tipografi pada puisi
lama adalah berbentuk bait sehingga kekuatan puisi sangat berbeda dari karya
sastra yang lain. Bahkan puisi kontemporer, misalnya karya Sutardji Calzom
Bahri begitu mementingkan tipografi sehingga terkadang bagian tersebut menggeser
posisi makna.
b. Unsur
Batin/Isi
Adapun
unsur batin sebuah puisi adalah sebagai berikut.
1. Tema
Dalam
karya sastra tema dianggap sebagai hal yang sangat penting. Tema merupakan
pokok persoalan atau gagasan pokok yang akan disampaikan oleh penyair. Pokok
pikiran tersebut begitu kuat posisinya dalam puisi sehingga sering kali menjadi
bagian yang pertama dipikirkan oleh seorang penyair. Tema harus memuat
keseluruhan isi sebuah puisi. Bahkan, sebuah tema terkadang begitu lama
dipikirkan oleh seorang penyair. Tema dapat dilahirkan dari responsi kondisi sosial
budaya sekitar penyair. Sebuah tema yang relevan dengan kehidupan seorang
penyair akan direfleksikan menjadi puisi yang berkualitas. Tema juga terkadang berasal dari kondisi batin penyair
secara pribadi.
2. Perasaan
Puisi
menjadi medium ekspresi perasaan penyair yang paling dalam. Bentuk ekspresi
tersebut dapat berupa keindahan, kesedihan, kerinduan, tragedi, pengagungan
terhadap Tuhan, alam semesta, bahkan pengagungan terhadap kekasih. Oleh karena
itu, bahasa dalam puisi bahasa dalam puisi lebih padat dan penuh ekspresif.
3. Nada
dan Suasana
Nada
adalah aspek puisi dari seorang penyair, sedangkan suasana adalah bagaimana
seorang pembaca memahami, merasakan, dan merespon puisi yang dibacanya. Dalam
menulis puisi, penyair memiliki sikap tertentu terhadap pembaca. Sikap tersebut
bergantung pada ekspresi penyair. Misalnya sikap menggurui, menasihati,
mengajak, dan mengkritik, ataupun berupa pengungkapan sesuatu kepada seseorang.
Sikap penyair tersbutlah yang disebut nada. Nada duka yang ditimbulkan penyair
harus menciptakan suasana iba bagi pembaca.
4. Amanat
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan penyair
melalui puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun oleh penyair.
Amanat sangat terkait dengan tema yang diungkapkan. Sebuah amanat sangat
dipentingkan karena pengungkapan bahasa secara piguratif dalam puisi terkadang
lebih mampu untuk menggugah perasan pembaca sehingga amanat yang akan
disampaikan oleh penyair menjadi lebih mudah.
5.
Macam-macam Puisi
a.
Puisi Lama
Ciri-ciri puisi lama:
·
Merupakan
puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya (anonim).
·
Disampaikan
lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
·
Sangat
terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata
maupun rima.
Adapun yang termasuk dalam puisi lama, yaitu sebagai
berikut.
·
Karmina
Karmini dipergunakan untuk mencurahkan isi hati. Karmini
disebut juga pantun kilat karena sajak, baris, dan sampiran serupa dengan
pantun, bedanya karmini tidak mengenal jumlah suku kata.
Contoh:
Ujung bendul dalam semak
Kerbau mandul banyak lemak
Kayu lurus dalam lading
Kerbau kurus banyak tulang
·
Talibun
Talibun
adalah bentuk puisi semacam pantun yang terdiri atas empat baris. Ada juga
talibun yang terdiri atas enam baris dengan persajakan abc abc. Kalau jumlahnya
terdiri atas delapan baris maka tiap bait bersajak abcd abcd.
Contoh:
Permata jatuh ke
rumput
Jatuh ke rumput
gilang-gilang
Ditempuh dilanda
jangan
Rumput sarat sela bersela
Di mata sungguhpun luput
Di hati tak kunjung hilang
Siang menjadi anagn-angan
Malam menjadi impian pula
·
Mantra,
yaitu merupakan karya sastra lama yang berisi pujian-pujian terhadap sesuatu
yang gaib atau yang dikeramatkan. Mantra biasanya diucapkan oleh seorang pawang
dalam acara adat atau ritual tertentu. Mantra ini merupakan jenis puisi lama
yang tertua dan tidak memunyai syarat-syarat seperti pantun. Kebanyakan
isi mantra merupakaan pujaan, kutukan, dan larangan.
Contoh: Mantra menuai padi di
Minagkabau.
Mantra di Riau
Mantra ketika pencucian benda
adat di Gowa, Sulsel.
Contoh mantra yang
dibaca jika ingin menyadap tuak.
Assalamualaikum puteri satokong besar,
yang beraluan berilir si mayang,
si gedabah mayang,
puteri tujuh dara dan majang,
mari kecil ke mari,
mari halus ke mari,
aku memaut lehermu,
aku menyanggul rambutmu,
aku membawa sadap gading,
aku membasuh mukamu,
sadap gading meranggung kamu,
kaca gading menadahkanmu,
kolam gading menanti di bawahmu,
bertepuk berkicar di dalam kolam gading,
kolam
bernama maharaja bersalin.
·
Pantun
Menurut para ahli kata pantun berasal dari Vtun. Akar kata tersebut berasal dari bahasa kawi yang berarti
mengatur. Pantun merupakan karya sastra lama yang terdiri atas empat baris
dalam setiap baitnya. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan
baris ketiga dan keempat merupakan isi. Pola bunyi dalam pantun yaitu a-b-a-b.
dengan demikian, pola bunyi huruf akhir baris pertama sama dengan huruf akhir
baris ketiga, begitupun dengan baris kedua sama dengan pola bunyi baris
keempat. Pantun dapat berupa
sesuatu pesan, teka-teki, nasihat, jenaka, kritik, serta persahabatan.
Contoh: Kalau ada kembang yang baru
Bunga kenanga dikupas jangan
Kalau ada teman yang baru
Sahabat lama dibuang jangan
Pantun
persahabatan
Kalau tuan mandi
ke hulu
Ambilkan saya bunga kamboja
Kalau tuan mati dahulu
Nantikan saya di pintu surga
Pantun
percintaan
Elok rupanya si kumbang
janti
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah pulang
Pantun
sukacita
·
Seloka/Pantun berbingkai
Seloka
merupakan salah satu bentuk puisi India yang masuk ke dalam kesusastraan
Melayu. Seloka memiliki kemiripan dengan pantun. Bedanya, kalimat ke-2
dan ke-4 pada bait pertama diulang kembali dan menjadi kalimat ke-1
dan ke-2 pada bait berikutnya. Pengulangan itu terus menerus sehingga
bait-bait dalam seloka sambung menyambung.
Contoh: Sarang garuda di pohon
beringin
Buah kemuning di dalam puan
Sepucuk surat dilayangkan angin
Putih kuning sambutlah tuari
Buah kemuning
di dalam puan
Dibawa dari
Indragiri
Putih kuning
sambutlah Tuan
Sambutlah dengan di tangan kiri
·
Gurindam
Gurindam
berasal dari kesusastraan Hindu. Dalam bahasa Tamil gurindam disebut kirandam. Gurindam
disebut juga peribahasa atau sajak dua seuntai. Gurindam memiliki beberapa
persamaan dengan pantun, yakni pada isinya. Gurindam banyak mengandung pesan
atau nasihat, terutama yang berhubungan dengan hal keagamaan.
Gurindam terdiri atas dua kalimat yang merupakan kalimat
majemuk. Kalimat pertama berhubungan langsung dengan kalimat keduanya. Kalimat
pertama merupakan pernyataan pikiran atau peristiwa, sedangkan kalimat kedua
merupakan penjelasan.
Contoh: Awal diingat akhir tidak
Alamat badan akan rusak
Mengumpat dan memuji
hendaklah pikir
Di situlah banyak orang
tergelincir
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
·
Syair
Syair
merupakan bentuk puisi klasik yang terpengaruh dari budaya Arab. Secara etimologis kata syair berasal dari ‘syiir’ yang
berarti sajak. Dilihat dari jumlah barisnya, syair hampis sama dengan pantun,
yaitu sama-sama terdiri dari empat baris. Perbedaannya, pntun bersajak a-b-a-b,
sedangkan syair bersajak a-a-a-a. pantun juga memiliki sampiran, sedangkan
syair tidak memilikinya.
Contoh: Tunduk menangis segala putri
Masing-masing berkata sama sendiri
Jahatnya perangai permaisuri
Lakunya seperti jin dan peri
Permaisuri bungsu heran rasanya
Berpikirlah ia dengan
tangisnya
Tahukah ia akan bencananya
Permaisuri tengah yang
mebunuhnya.
·
Masnawi
Jenis puisi ini juga merupakan hasil pengaruh
kesusastraan Arab. Masnawi berisi puji-pujian untuk orang besar atau perbuatan
yang penting. Bersajak kembar dan jumlah suku katnya sepuluh, dua belas, dan
empat belas.
Contoh:
Umar yang adil dengan perinya
Nyatapun adil sama sendirinya
Dengan adil itu anaknya dibunuh
Inilah adalat yang benar dan sungguh
Dengan bedah antara isi alam
Inilah yang besar pada siang malam
Lagi pun yang menjauhkan segala sar
Imamul hak ke dalam padng mahsyar
Barang yang hak taala katakana itu
Maka katanya sebenar begitu.
Sar berarti kejahatan, imamulhak berarti ikutan yang benar, hak taala
berarti kebenaran yang tinggi.
·
Rubai
Puisi ini terdiri atas empat baris. Kadang-kadang
bersajak pada dua baris berturut-turut atau empat baris berturut-turut. Panjang baris dan isinya tidak tentu.
Contoh:
MANUSIA
Subhanahu Allah apa hal segala manusia
Yang tubuhnya dalam tanah jadi duli yang sia
Tanah itu kujadikan tubuhnya kemudian
Yang ada dahulu padanya terlalu mulia.
·
Nazam
Puisi
jenis ini terdiri atas dua belas baris, bersajak kembar/dua-dua dan kadang pada
empat baris. Isinya menceritakan hamba sahaya yang setia pada budiman.
Contoh:
Bahwa bagi raja
sekalian
Hendak ada menteri demikian
Yang pada sesuatu pekerjaan
Sempurnakan segala kerajaan
Menteri inilah maka tolan raja
Dan peti segenap rahasianya sahaja
Karena kata raja itu katanya
Esa artinya dan dua adanya
Maka menteri yang demikianlah perinya
Ada keadaan raja dirinya
Jika raja dapat adanya itu
Dapat peti rahasianya itu
·
Gazal
Gazal
merupakan puisi yang berasal dari Parsi. Tiap baris terdiri atas dua puluh atau
22 suku kata dan tiap baris berakhir dengan kata yang sama. Sajaknya terapat
pada baris kedua dari belakang. Puisi ini terdiri atas delapan baris.
Contoh:
Kekasihku seperti
nyawa pun adalah terkasih dan mulia juga
Dan nyawaku pun, mana
daripada nyawa itu jauh ia juga
Jika seribu tahun
lamanya pun hidup ada sia-sia juga
Hanya jika pada nyawa itu hamper dengan setia suka juga
Nyawa itu yang menghidupkan senantiasa nyawa manusia juga
Dan menghilangkan cintanya pun itu kekasihku yang setia juga
Kekasihku itu yang mengenak hatiku dengan rahasia juga
Bukhari yang ada serta nyawa yang itu
ialah bahagia juga.
b.
Puisi Baru
·
Soneta
·
Distikhon
(setiap baitnya terdiri atas 2 baris), Tersina (setiap baitnya terdiri atas 3
baris), Quatrain(setiap baitnya terdiri atas 4 baris), Quin (setiap baitnya
terdiri atas 5 baris), Sextet (setiap baitnya terdiri atas 6 baris), Septima (setiap
baitnya terdiri atas 7 baris), Stanza atau Oktaf (setiap baitnya terdiri atas 8
baris).
Berdasarkan
isinya puisi baru dibedakan atas:
a. Romansa, yaitu puisi yang berisikan curahan hati.
b. Ode, yaitu puisi yang berisikan sanjungan kepada tokoh
atau pahlawan.
c. Elegi, yaitu puisi yang berisikan kesedihan, ratapan.
d. Himne, yaitu puisi yang berisikan doa dan pujian kepada
Tuhan.
e. Epigram, yaitu puisi yang berisikan slogan, semboyan
untuk memmbangkitkan perjuangan atau semangat hidup.
f. Satire, yaitu puisi yang berisikan sindiran atau kritik.
g. Balada, yaitu puisi yang berisikan cerita atau kisah.
c.
Puisi Kontemporer
Puisi
kontemporer adalah puisi yang lebih mengutamakan permainan bunyi, bentuk, daripada
arti. Sutardji Calzom Bahri merupakan penyair yang puisinya mewakili jenis
puisi kontemporer. Sutardji menempatkan fisik dan bunyi sebagai bagian yang
lebih penting.
6.
Mengapresiasi Puisi
Mengapresiasi
puisi adalah kegiatan memahami sebuah puisi. Setelah membaca puisi diharapkan
muncul sikap dari seorang pembaca. Sikap yang muncul dapat berupa keharuan,
iba, kerindun, kegembiraan, dan berbagai sikap lainnya. Perasaan yang menimbulkan penghargaan terhadap sebuah
puisi.
Adapun
cara-cara mengapresiasi puisi sebagai berikut.
a. Mendengarkan
pembacaan puisi
Kegiatan
ini dilakukan dengan menikmati kata demi kata, bait demi bait, serta memahami
dan mencerna makna puisi yang dibacakan. Pendengar lebih menikmati pusisi
ketika pembacanya mampu membaca dengan memahami dan mengespresikan puisi.
Ekspresi tersebut dapat dilakukan dalam bentuk intonasi serta gerak tubuh.
b. Membacakan
puisi
Apresiasi
yang dimaksud dengan membacakan adalah dengan suara nyaring. Sering juga
dilakukan dalam bentuk deklamasi/tanpa teks. Dalam berdeklamasi, pembaca tidak
sekadar memperdengarkan kata-kata, tetapi seorang pembaca harus mampu
mengekspresikan perasaan dan pesan penyair dalam puisinya.
§
Intonasi,
adalah tinggi rendahnya suara dalam membacakan puisi.
§
Irama,
adalah alunan bunyi ketika membacakan kata demi kata, kalimat demi kalimat
dalam puisi.
§
Mimik,
adalah ekspresi muka sesuai dengan teks puisi yang dibacakan.
§
Kinesik
atau gestur, adalah gerakan-gerakan tangan, kaki, kepala, atau anggota badan
lain.
c. Memparafrasekan
puisi
Memparfrasekan
puisi adalah mengubah sebuah puisi ke dalam bentuk lain yaitu prosa atau
cerita. Dalam parafrase puisi tersebut, puisi tidak lagi berada dalam bentuk
bait. Olehnya itu, sebelum memfrasekan puisi, maka hal yang harus dilakukan
adalah memahami maksud kata-demi kata, kalimat demi kalimat puisi tersebut.
Perlu diketahui bahwa parafrase merupakan metode
memahami puisi, bukan metode membuat karya sastra. Dengan demikian,
memparafrasekan puisi tetap dalam kerangka upaya memahami puisi.
Ada dua metode parafrase puisi, yaitu
§
Parafrase
terikat, yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan cara menambahkan sejumlah
kata pada puisi sehingga kalimat-kalimat puisi mudah dipahami. Seluruh kata
dalam puisi masih tetap digunakan dalam parafrase tersebut.
§
Parafrase
bebas, yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan kata-kata sendiri. Kata-kata
yang terdapat dalam puisi dapat digunakan, dapat pula tidak digunakan. Setelah kita membaca puisi tersebut kita menafsirkan
secara keseluruhan, kemudian menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri.
d. Musikalisasi
puisi
Sebuah lagu yang sering tenar dinyanyikan saat ini,
rata-rata berasal dari puisi. Musikalisasi puisi berarti mengubah puisi ke
dalam bentuk lagu. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
1. Mencari puisi yang sesuai dengan tema kegiatan.
2. Memaknai puisi yang telah dipilih.
3. Memberikan musik atau arasemen musik yang sesuai dengan isi
puisi. Terkadang arasemen juga dilakukan dengan meminjam atau memanfaatkan
arasemen dari lagu-lagu yang sudah ada.
4. Menyertakan alalt-alat musik sebagai pengiring, baik yang
sifatnya tradisonal atau yang modern.
5. Menyusun suara pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya
apabila musikalisasi puisi tersebut dilkukan oleh grup.
e. Menulis Puisi
Setiap
orang pastilah memiliki pengalaman. Pengalaman
tersebut terkadang dalam bentuk fisik atau bathin. Seseorang yang memiliki
kepekaan rasa mampu untuk memberikan apresiasi terhadap apa yang dilihatnya.
Apresiasi inilah yang sering dilakukan dalam bentuk menulis puisi.
Contoh Penggalan Puisi
1. laksana
bintang berkilat cahaya,
di atas langit hitam kelam,
sinar berkilau cahaya matamu,
menembus aku ke jiwa dalam
(Sebagai Dahulu, Aoh Kartahadimadja)
2.
Dua
puluh tiga matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmu menguapkan bau tanah
(Nyanyian
Suto untuk Fatima, Rendra)
3. Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari benerang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini, tanah, air tidur, hilang ombak
(Senja
di Pelabuhan Kecil, Chairil Anwar)
4. Engkau ibarat kolam di tengah-tengah belukar
Berteriak-teriak tenang
Membiarkan nyiur sepasang
Berderminkan diri ke dalam
Airmu …
(Engkau, Walujati)
5.
Aku
sudah saksikan
Senja kekecewaan dan putus asa yang bikin tuhan Juga turut tersedu
Membekukan berpuluh nabi, hilang mimpi dalam kuburnya.
(Fragment, Chairil Anwar)
6. Seruling
di pasir tipis, merdu
Antara gundukan pepohonan
pina
Tembang menggema di dua kaki
Burangrang –
Tangkaubanperahu
(Tanah
Kelahiran, Ramadhan KH)
7.
Tetapi
istriku terus berbiak
Seperti rumput di pekarangan
mereka
Seperti lumut di tembok
mereka
Seperti cendawan di roti
mereka
Sebab bumu hitam milik kami.
Tambang intan milik kami
Gunung natal milik kami
(Afrika
Selatan, Subagio Sastrowardjoyo)
8. Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerlu lagu
Menarik menari seluruh aku
(Sajak Putih, Chairil Anwar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar