Selamat Datang di Blog Edukasi Suparmin, SMA Negeri 1 Pallangga, Gowa, Sulawesi Selatan

Rabu, 11 Mei 2016

Puisi

1.     Pengertian
Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan sarat akan makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan irama yang terkandung di dalamnya.  
Ada beberapa pengertian lain mengenai puisi yang dikemukakan oleh parah ahli, yaitu:
1.     Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
2.     Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit, samar dengan makna yang tersirat di mana kata-katanya condong pada makna konotatif.
3.     Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
4.     William Wordsworth (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya, memperoleh asalnya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian.
5.     Percy Byssche Shelly (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling senang dari pikiran-pikiran yang paling senang.
6.     Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
7.     Lescelles Abercrombie (Sitomurang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi dari pengalaman imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa yang mempergunakan setiap rencana yang matang serta bermanfaat.
 Bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam ragam sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, tetapi makna yang dikandungnya sangat kaya. Kata-kata yang digunakanan adalah kata-kata bermakna konotatif yang memiliki penafsiran yang luas. Sebuah makna dalam puisi bisa saja berbeda berdasarkan penafsiran dari seseorang.
Kekhasan puisi lainnya adalah penyajiannya yang bersifat monolog. Penyair mengutarakan pikiran dan perasaannya dengan berbicara sendiri secara langsung.
2.     Ciri-ciri Puisi
Ciri-ciri puisi sebagai berikut:
a.     Puisi menggunakan bahasa yang ringkas atau terdapat pemadatan bahasa. Puisi mengutamakan keindahan bahasa.
b.    Dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa tersebut dirapikan, diperbaiki, dan diatur sedemikian rupa dengan memperhatikan irama dan bunyi.
c.     Puisi berisikan ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan pengalaman dan bersifat imajinatif.
d.    Bahasa yang digunakan bersifat konotatif.
e.     Puisi dibentuk oleh struktur fisik (tipografi, diksi, majas, rima, irama) serta struktur batin (tema, amanat, perasaan, nada, dan suasana puisi).
f.     Disajikan dalam bentuk monolog.
3.     Unsur-unsur Puisi
Ada beberapa pendapat tentang unsur-unsur pembentuk puisi. Salah satunya adalah pendapat I.A. Richard. Dia membedakan dua hal penting yang membangun sebuah puisi yaitu hakikat puisi (the nature of poetry), dan metode puisi (the method of poetry).
Hakikat puisi terdiri dari empat hal pokok, yaitu
1)     Sense (tema, arti)
Sense atau tema adalah pokok persoalan (subyek matter) yang dikemukakan oleh pengarang melalui puisinya. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik secara langsung maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau mencari-cari, menafsirkan).
2)     Feling (rasa)
Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Setiap penyair mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi suatu persoalan.
3)     Tone (nada)
Yang dimaksud tone adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif.
4)     Intention (tujuan)
Intention adalah tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut. Walaupun kadang-kadang tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti mempunyai tujuan dalam karyanya. Tujuan atau amanat ini bergantung pada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup, dan keyakinan yang dianut penyair.
Pendapat umum mengatakan bahwa berbeda dengan unsur sastra yang lain, unsur puisi dibagi menjadi dua, yaitu unsur fisik atau bentuk dan unsur batin atau isi.
a.     Unsur Fisik/Bentuk
Unsur fisik berarti unsur-unsur yang meliputi bagian luar dari sebuah puisi. Unsur fisik meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.       Diksi
Terkadang diksi disamakan dengan pilihan kata. Seorang penyair harus pintar dalam memilih kata. Kata-kata yang ditulis merupakan hasil pertimbangan, baik itu dalam maknanya, komposisi bunyinya dalam rima dan irama, maupun hubungan antara satu kata dengan kata yang lain, serta posisi kata dalam keseluruhan bentuk puisi. Pemilihan kata dalam puisi harus mempertimbangkan berbagai aspek estetis. Dalam puisi, kata-kata yang digunakan juga adalah kata yang bermakna konotatif/makna kias. Mungkin saja dari satu kata memiliki makna yang berbeda. Kata-kata yang digunakan juga memiliki aspek keindahan yang berbeda dengan penggunaan bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
2.       Pengimajinasian
Pengimajinasian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman atau khayalan imajinasi. Dengan penggunaan kata yang memiliki imajinasi tinggi, seolah-olah pembaca dapat mendengar, melihat, ataupun merasakan apa yang diungkapkan penyair dalam sebuah puisi.
Imaji disebut juga citraan, atau gambaran angan. Ada beberapa macam citraan, antara lain
·         Citra penglihatan, yaitu citraan yang timbul oleh penglihatan atau berhubungan dengan indra penglihatan
·         Citra pendengaran, yaitu citraan yang timbul oleh pendengaran atau berhubungan dengan indra pendengaran
·         Citra penciuman dan pencecapan, yaitu citraan yang timbul oleh penciuman dan pencecapan
·         Citra intelektual, yaitu citraan yang timbul oleh asosiasi intelektual/pemikiran.
·         Citra gerak, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yanag sebetulnya tidak bergerak tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak.
·         Citra lingkungan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran selingkungan
g.  Citra kesedihan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran kesedihan
3.       Majas
Majas (figurative language) merupakan ungkapan yang digunakan oleh penyair dengan cara memnadingkan dengan benda atau kata lain. Majas adalah bahasa yang digunakan penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara pengiasan, yang secara tidak langsung memperkaya makna. Majas tersebut digunakan untuk membuat sebuah puisi sarat makna serta memiliki keindahan bahasa tersendiri. Majas digunakan untuk menyampaikan perasaan, pengalaman bantin, harapan, suasana hati, ataupun semangat hidupnya. Majas memiliki pengaruh yang besar untuk menciptakan sebuah puisi menjadi menarik, konotatif, serta sarat makna. Adapun majas yang sering digunakan dalam puisi adalah sebagai berikut.
·         Perbandingan (simile), yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, umpama, laksana, dll.
·         Metafora, yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain tanpa mempergunakan kata-kata pembanding.
·         Perumpamaan epos (epic simile), yaitu perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang dengan cara melanjutkan sifat-sifat perbandingannya dalam kalimat berturut-turut.
·         Personifikasi, ialah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia di mana benda mati dapat berbuat dan berpikir seperti manusia.
·         Metonimia, yaitu kiasan pengganti nama.
·         Sinekdoke, yaitu bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting untuk benda itu sendiri.
·         Allegori, ialah cerita kiasan atau lukisan kiasan, merupakan metafora yang dilanjutkan.
4.       Kata Konkret
Kata konkret digunakan untuk membangkitkan daya imajinasi pembaca. Jika penyair mahir mengonkretkan kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu yang dilukiskan oleh penyair. Dengan kata yang diperkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oeh penyair. Slamet Mulyana menyebutnya sebagai kata berjiwa, yaitu kata-kata yang telah dipergunakan oleh penyair, yang artinya tidak sama dengan kamus.
5.       Rima, irama, dan ritme
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Rima berfungsi untuk membentuk musikalisasi dalam puisi. Dengan adanya rima tersebut, efek bunyi yang diciptakan oleh penyair semakin indah, dan makna yang ditimbulkanny pun semakin kuat. Rima juga diartikan sebagai pengulangan kata, frase, atau kalimat dalam bait-bait puisi. Pengulangan tersebut bisa saja berada pada bagian awal kata ataupun akhir kata tiap bait dalam puisi.
Berdasarkan jenisnya, rima atau persajakan dibedakan menjadi
·         Rima sempurna, yaitu persama bunyi pada suku-suku kata terakhir.
Contoh: kemari-berduri  awan-rawan
·         Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata terakhir.
Contoh: rindu-gincu
·         Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada dua kata atau lebih secara mutlak (suku kata sebunyi)
·         Rima terbuka, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku akhir terbuka atau dengan vokal sama.
·         Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup (konsonan).
·         Rima aliterasi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bunyi awal kata pada baris yang sama atau baris yang berlainan.
·         Rima asonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada asonansi vokal tengah kata.
Contoh: benam-kalam    keladi-merapi
·         Rima disonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapaat pada huruf-huruf mati/konsonan.
Contoh: laut biru            langit biru
Berdasarkan letaknya, rima dibedakan atas:
a.    Rima awal, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada awal baris pada tiap bait puisi.
b.    Rima tengah, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di tengah baris pada bait puisi.
c.    Rima akhir, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di akhir baris pada tiap bait puisi.
d.    Rima tegak yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bait-bait puisi yang dilihat secara vertical.
e.    Rima datar yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada baris puisi secara horizontal.
f.     Rima sejajar, yaitu persamaan bunyi yang berbentuk sebuah kata yang dipakai berulang-ulang pada larik puisi yang mengandung kesejajaran maksud.
g.    Rima berpeluk, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dan larik keempat, larik kedua dengan lalrik ketiga (ab-ba).
h.    Rima bersilang, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dengan larik ketiga dan larik kedua dengan larik keempat (ab-ab).
i.      Rima rangkai/rima rata, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir semua larik (aaaa).
j.  Rima kembar/berpasangan, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir dua larik puisi (aa-bb).
a.     Rima patah, yaitu persamaan bunyi yang tersusun tidak menentu pada akhir larik-larik puisi (a-b-c-d).
Irama ialah pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembutnya ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Irama dibedakan menjadi dua,
·         metrum, yaitu irama yang tetap, menurut pola tertentu.
·         ritme, yaitu irama yang disebabkan pertentangan atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur.
Irama diwujudkan dalam bentuk tekanan-tekanan pada kata. Tekanan tersebut dibedakan menjadi tiga,
·         dinamik, yaitu tekanan keras lembutnya ucapan pada kata tertentu.
·         nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara.
·         tempo, yaitu tekanan cepat lambatnya pengucapan kata.
6.       Tipografi
Topografi adalah bentuk, susunan kata-kata dalam puisi. Penggunaan tipografi pada puisi lama adalah berbentuk bait sehingga kekuatan puisi sangat berbeda dari karya sastra yang lain. Bahkan puisi kontemporer, misalnya karya Sutardji Calzom Bahri begitu mementingkan tipografi sehingga terkadang bagian tersebut menggeser posisi makna.
b.    Unsur Batin/Isi
Adapun unsur batin sebuah puisi adalah sebagai berikut.
1.     Tema
Dalam karya sastra tema dianggap sebagai hal yang sangat penting. Tema merupakan pokok persoalan atau gagasan pokok yang akan disampaikan oleh penyair. Pokok pikiran tersebut begitu kuat posisinya dalam puisi sehingga sering kali menjadi bagian yang pertama dipikirkan oleh seorang penyair. Tema harus memuat keseluruhan isi sebuah puisi. Bahkan, sebuah tema terkadang begitu lama dipikirkan oleh seorang penyair. Tema dapat dilahirkan dari responsi kondisi sosial budaya sekitar penyair. Sebuah tema yang relevan dengan kehidupan seorang penyair akan direfleksikan menjadi puisi yang berkualitas. Tema juga terkadang berasal dari kondisi batin penyair secara pribadi.
2.     Perasaan
Puisi menjadi medium ekspresi perasaan penyair yang paling dalam. Bentuk ekspresi tersebut dapat berupa keindahan, kesedihan, kerinduan, tragedi, pengagungan terhadap Tuhan, alam semesta, bahkan pengagungan terhadap kekasih. Oleh karena itu, bahasa dalam puisi bahasa dalam puisi lebih padat dan penuh ekspresif.
3.     Nada dan Suasana
Nada adalah aspek puisi dari seorang penyair, sedangkan suasana adalah bagaimana seorang pembaca memahami, merasakan, dan merespon puisi yang dibacanya. Dalam menulis puisi, penyair memiliki sikap tertentu terhadap pembaca. Sikap tersebut bergantung pada ekspresi penyair. Misalnya sikap menggurui, menasihati, mengajak, dan mengkritik, ataupun berupa pengungkapan sesuatu kepada seseorang. Sikap penyair tersbutlah yang disebut nada. Nada duka yang ditimbulkan penyair harus menciptakan suasana iba bagi pembaca.
4.     Amanat
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan penyair melalui puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun oleh penyair. Amanat sangat terkait dengan tema yang diungkapkan. Sebuah amanat sangat dipentingkan karena pengungkapan bahasa secara piguratif dalam puisi terkadang lebih mampu untuk menggugah perasan pembaca sehingga amanat yang akan disampaikan oleh penyair menjadi lebih mudah.
5.     Macam-macam Puisi
a.     Puisi Lama
Ciri-ciri puisi lama:
·         Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya (anonim).
·         Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
·         Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Adapun yang termasuk dalam puisi lama, yaitu sebagai berikut.
·         Karmina
Karmini dipergunakan untuk mencurahkan isi hati. Karmini disebut juga pantun kilat karena sajak, baris, dan sampiran serupa dengan pantun, bedanya karmini tidak mengenal jumlah suku kata.
Contoh:
Ujung bendul dalam semak
Kerbau mandul banyak lemak

Kayu lurus dalam lading
Kerbau kurus banyak tulang

·         Talibun
Talibun adalah bentuk puisi semacam pantun yang terdiri atas empat baris. Ada juga talibun yang terdiri atas enam baris dengan persajakan abc abc. Kalau jumlahnya terdiri atas delapan baris maka tiap bait bersajak abcd abcd.
Contoh:
Permata jatuh ke rumput
Jatuh ke rumput gilang-gilang
Ditempuh dilanda jangan
Rumput sarat sela bersela

Di mata sungguhpun luput
Di hati tak kunjung hilang
Siang menjadi anagn-angan
Malam menjadi impian pula

·         Mantra, yaitu merupakan karya sastra lama yang berisi pujian-pujian terhadap sesuatu yang gaib atau yang dikeramatkan. Mantra biasanya diucapkan oleh seorang pawang dalam acara adat atau ritual tertentu. Mantra ini merupakan jenis puisi lama yang tertua dan tidak memunyai syarat-syarat seperti pantun. Kebanyakan isi mantra merupakaan pujaan, kutukan, dan larangan.
Contoh: Mantra menuai padi di Minagkabau.
              Mantra di Riau
               Mantra ketika pencucian benda adat di Gowa, Sulsel.
Contoh mantra yang dibaca jika ingin menyadap tuak.
Assalamualaikum puteri satokong besar,
yang beraluan berilir si mayang,
si gedabah mayang,
puteri tujuh dara dan majang,
mari kecil ke mari,
mari halus ke mari,
aku memaut lehermu,
aku menyanggul rambutmu,
aku membawa sadap gading,
aku membasuh mukamu,
sadap gading meranggung kamu,
kaca gading menadahkanmu,
kolam gading menanti di bawahmu,
bertepuk berkicar di dalam kolam gading,
kolam bernama  maharaja bersalin.

·         Pantun
Menurut para ahli kata pantun berasal dari Vtun. Akar kata tersebut berasal dari bahasa kawi yang berarti mengatur. Pantun merupakan karya sastra lama yang terdiri atas empat baris dalam setiap baitnya. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi. Pola bunyi dalam pantun yaitu a-b-a-b. dengan demikian, pola bunyi huruf akhir baris pertama sama dengan huruf akhir baris ketiga, begitupun dengan baris kedua sama dengan pola bunyi baris keempat. Pantun dapat berupa sesuatu pesan, teka-teki, nasihat, jenaka, kritik, serta persahabatan.
Contoh:   Kalau ada kembang yang baru
               Bunga kenanga dikupas jangan
               Kalau ada teman yang baru
               Sahabat lama dibuang jangan
                                                            Pantun persahabatan
              
   Kalau tuan mandi ke hulu
               Ambilkan saya bunga kamboja
               Kalau tuan mati dahulu
               Nantikan saya di pintu surga
                                                            Pantun percintaan

            Elok rupanya si kumbang janti
            Dibawa itik pulang petang
            Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah pulang
                                                            Pantun sukacita

·         Seloka/Pantun berbingkai
Seloka merupakan salah satu bentuk puisi India yang masuk ke dalam kesusastraan Melayu. Seloka memiliki kemiripan dengan pantun. Bedanya, kalimat ke-2 dan ke-4 pada bait pertama diulang kembali dan menjadi kalimat ke-1 dan ke-2 pada bait berikutnya. Pengulangan itu terus menerus sehingga bait-bait dalam seloka sambung menyambung.
Contoh:   Sarang garuda di pohon beringin
               Buah kemuning di dalam puan
               Sepucuk surat dilayangkan angin
               Putih kuning sambutlah tuari
                        Buah kemuning di dalam puan
                        Dibawa dari Indragiri
                        Putih kuning sambutlah Tuan
                        Sambutlah dengan di tangan kiri




·         Gurindam
Gurindam berasal dari kesusastraan Hindu. Dalam bahasa Tamil gurindam disebut kirandam. Gurindam disebut juga peribahasa atau sajak dua seuntai. Gurindam memiliki beberapa persamaan dengan pantun, yakni pada isinya. Gurindam banyak mengandung pesan atau nasihat, terutama yang berhubungan dengan hal keagamaan.
Gurindam terdiri atas dua kalimat yang merupakan kalimat majemuk. Kalimat pertama berhubungan langsung dengan kalimat keduanya. Kalimat pertama merupakan pernyataan pikiran atau peristiwa, sedangkan kalimat kedua merupakan penjelasan.
Contoh:  Awal diingat akhir tidak
              Alamat badan akan rusak

            Mengumpat dan memuji hendaklah pikir
            Di situlah banyak orang tergelincir

Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)

Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )

Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )

·         Syair
Syair merupakan bentuk puisi klasik yang terpengaruh dari budaya Arab. Secara etimologis kata syair berasal dari ‘syiir’ yang berarti sajak. Dilihat dari jumlah barisnya, syair hampis sama dengan pantun, yaitu sama-sama terdiri dari empat baris. Perbedaannya, pntun bersajak a-b-a-b, sedangkan syair bersajak a-a-a-a. pantun juga memiliki sampiran, sedangkan syair tidak memilikinya.
Contoh: Tunduk menangis segala putri
               Masing-masing berkata sama sendiri
               Jahatnya perangai permaisuri
               Lakunya seperti jin dan peri

             Permaisuri bungsu heran rasanya
            Berpikirlah ia dengan tangisnya
            Tahukah ia akan bencananya
            Permaisuri tengah yang mebunuhnya.

·         Masnawi
Jenis puisi ini juga merupakan hasil pengaruh kesusastraan Arab. Masnawi berisi puji-pujian untuk orang besar atau perbuatan yang penting. Bersajak kembar dan jumlah suku katnya sepuluh, dua belas, dan empat belas.
Contoh:
Umar yang adil dengan perinya
Nyatapun adil sama sendirinya
Dengan adil itu anaknya dibunuh
Inilah adalat yang benar dan sungguh
Dengan bedah antara isi alam
Inilah yang besar pada siang malam
Lagi pun yang menjauhkan segala sar
Imamul hak ke dalam padng mahsyar
Barang yang hak taala katakana itu
Maka katanya sebenar begitu.

Sar berarti kejahatan, imamulhak berarti ikutan yang benar, hak taala berarti kebenaran yang tinggi.

·         Rubai
Puisi ini terdiri atas empat baris. Kadang-kadang bersajak pada dua baris berturut-turut atau empat baris berturut-turut. Panjang baris dan isinya tidak tentu.

Contoh:
MANUSIA
Subhanahu Allah apa hal segala manusia
Yang tubuhnya dalam tanah jadi duli yang sia
Tanah itu kujadikan tubuhnya kemudian
Yang ada dahulu padanya terlalu mulia.

·         Nazam
Puisi jenis ini terdiri atas dua belas baris, bersajak kembar/dua-dua dan kadang pada empat baris. Isinya menceritakan hamba sahaya yang setia pada budiman.
Contoh:

Bahwa bagi raja sekalian
Hendak ada menteri demikian
Yang pada sesuatu pekerjaan
Sempurnakan segala kerajaan
Menteri inilah maka tolan raja
Dan peti segenap rahasianya sahaja
Karena kata raja itu katanya
Esa artinya dan dua adanya
Maka menteri yang demikianlah perinya
Ada keadaan raja dirinya
Jika raja dapat adanya itu
Dapat peti rahasianya itu

·         Gazal
Gazal merupakan puisi yang berasal dari Parsi. Tiap baris terdiri atas dua puluh atau 22 suku kata dan tiap baris berakhir dengan kata yang sama. Sajaknya terapat pada baris kedua dari belakang. Puisi ini terdiri atas delapan baris.
Contoh:
Kekasihku seperti nyawa pun adalah terkasih dan mulia juga
Dan nyawaku pun, mana daripada nyawa itu jauh ia juga
Jika seribu tahun lamanya pun hidup ada sia-sia juga
Hanya jika pada nyawa itu hamper dengan setia suka juga
Nyawa itu yang menghidupkan senantiasa nyawa manusia juga
Dan menghilangkan cintanya pun itu kekasihku yang setia juga
Kekasihku itu yang mengenak hatiku dengan rahasia juga
Bukhari yang ada serta nyawa yang  itu ialah bahagia juga.

b.    Puisi Baru
·         Soneta
·         Distikhon (setiap baitnya terdiri atas 2 baris), Tersina (setiap baitnya terdiri atas 3 baris), Quatrain(setiap baitnya terdiri atas 4 baris), Quin (setiap baitnya terdiri atas 5 baris), Sextet (setiap baitnya terdiri atas 6 baris), Septima (setiap baitnya terdiri atas 7 baris), Stanza atau Oktaf (setiap baitnya terdiri atas 8 baris).
Berdasarkan isinya puisi baru dibedakan atas:
a.     Romansa, yaitu puisi yang berisikan curahan hati.
b.    Ode, yaitu puisi yang berisikan sanjungan kepada tokoh atau pahlawan.
c.     Elegi, yaitu puisi yang berisikan kesedihan, ratapan.
d.    Himne, yaitu puisi yang berisikan doa dan pujian kepada Tuhan.
e.     Epigram, yaitu puisi yang berisikan slogan, semboyan untuk memmbangkitkan perjuangan atau semangat hidup.
f.     Satire, yaitu puisi yang berisikan sindiran atau kritik.
g.    Balada, yaitu puisi yang berisikan cerita atau kisah.

c.     Puisi Kontemporer
Puisi kontemporer adalah puisi yang lebih mengutamakan permainan bunyi, bentuk, daripada arti. Sutardji Calzom Bahri merupakan penyair yang puisinya mewakili jenis puisi kontemporer. Sutardji menempatkan fisik dan bunyi sebagai bagian yang lebih penting.

6.     Mengapresiasi Puisi
Mengapresiasi puisi adalah kegiatan memahami sebuah puisi. Setelah membaca puisi diharapkan muncul sikap dari seorang pembaca. Sikap yang muncul dapat berupa keharuan, iba, kerindun, kegembiraan, dan berbagai sikap lainnya. Perasaan  yang menimbulkan penghargaan terhadap sebuah puisi.
Adapun cara-cara mengapresiasi puisi sebagai berikut.
a.     Mendengarkan pembacaan puisi
Kegiatan ini dilakukan dengan menikmati kata demi kata, bait demi bait, serta memahami dan mencerna makna puisi yang dibacakan. Pendengar lebih menikmati pusisi ketika pembacanya mampu membaca dengan memahami dan mengespresikan puisi. Ekspresi tersebut dapat dilakukan dalam bentuk intonasi serta gerak tubuh.
b.    Membacakan puisi
Apresiasi yang dimaksud dengan membacakan adalah dengan suara nyaring. Sering juga dilakukan dalam bentuk deklamasi/tanpa teks. Dalam berdeklamasi, pembaca tidak sekadar memperdengarkan kata-kata, tetapi seorang pembaca harus mampu mengekspresikan perasaan dan pesan penyair dalam puisinya.
§  Intonasi, adalah tinggi rendahnya suara dalam membacakan puisi.
§  Irama, adalah alunan bunyi ketika membacakan kata demi kata, kalimat demi kalimat dalam puisi.
§  Mimik, adalah ekspresi muka sesuai dengan teks puisi yang dibacakan.
§  Kinesik atau gestur, adalah gerakan-gerakan tangan, kaki, kepala, atau anggota badan lain.
c.     Memparafrasekan puisi
Memparfrasekan puisi adalah mengubah sebuah puisi ke dalam bentuk lain yaitu prosa atau cerita. Dalam parafrase puisi tersebut, puisi tidak lagi berada dalam bentuk bait. Olehnya itu, sebelum memfrasekan puisi, maka hal yang harus dilakukan adalah memahami maksud kata-demi kata, kalimat demi kalimat puisi tersebut.
Perlu diketahui bahwa parafrase merupakan metode memahami puisi, bukan metode membuat karya sastra. Dengan demikian, memparafrasekan puisi tetap dalam kerangka upaya memahami puisi.
Ada dua metode parafrase puisi, yaitu
§  Parafrase terikat, yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan cara menambahkan sejumlah kata pada puisi sehingga kalimat-kalimat puisi mudah dipahami. Seluruh kata dalam puisi masih tetap digunakan dalam parafrase tersebut.
§  Parafrase bebas, yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan kata-kata sendiri. Kata-kata yang terdapat dalam puisi dapat digunakan, dapat pula tidak digunakan. Setelah kita membaca puisi tersebut kita menafsirkan secara keseluruhan, kemudian menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri.
d.    Musikalisasi puisi
Sebuah lagu yang sering tenar dinyanyikan saat ini, rata-rata berasal dari puisi. Musikalisasi puisi berarti mengubah puisi ke dalam bentuk lagu. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
1.     Mencari puisi yang sesuai dengan tema kegiatan.
2.     Memaknai puisi yang telah dipilih.
3.     Memberikan musik atau arasemen musik yang sesuai dengan isi puisi. Terkadang arasemen juga dilakukan dengan meminjam atau memanfaatkan arasemen dari lagu-lagu yang sudah ada.
4.     Menyertakan alalt-alat musik sebagai pengiring, baik yang sifatnya tradisonal atau yang modern.
5.     Menyusun suara pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya apabila musikalisasi puisi tersebut dilkukan oleh grup.
e.     Menulis Puisi
Setiap orang pastilah memiliki pengalaman. Pengalaman tersebut terkadang dalam bentuk fisik atau bathin. Seseorang yang memiliki kepekaan rasa mampu untuk memberikan apresiasi terhadap apa yang dilihatnya. Apresiasi inilah yang sering dilakukan dalam bentuk menulis puisi.
Contoh Penggalan Puisi
1.     laksana bintang berkilat cahaya,
di atas langit hitam kelam,
sinar berkilau cahaya matamu,
menembus aku ke jiwa dalam
                                    (Sebagai Dahulu, Aoh Kartahadimadja)
2.    Dua puluh tiga matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmu menguapkan bau tanah
                                    (Nyanyian Suto untuk Fatima, Rendra)
3.    Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari benerang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini, tanah, air tidur, hilang ombak
                                    (Senja di Pelabuhan Kecil, Chairil Anwar)
4.    Engkau ibarat kolam di tengah-tengah belukar
Berteriak-teriak tenang
Membiarkan nyiur sepasang
Berderminkan diri ke dalam
Airmu …
                                                (Engkau, Walujati)
5.    Aku sudah saksikan
Senja kekecewaan dan putus asa yang bikin tuhan Juga turut tersedu
Membekukan berpuluh nabi, hilang mimpi dalam kuburnya.
                                                (Fragment, Chairil Anwar)
6.    Seruling di pasir tipis, merdu
Antara gundukan pepohonan pina
Tembang menggema di dua kaki
Burangrang – Tangkaubanperahu
                                                (Tanah Kelahiran, Ramadhan KH)

7.    Tetapi istriku terus berbiak
Seperti rumput di pekarangan mereka
Seperti lumut di tembok mereka
Seperti cendawan di roti mereka
Sebab bumu hitam milik kami.
Tambang intan milik kami
Gunung natal milik kami
                                    (Afrika Selatan, Subagio Sastrowardjoyo)
8.    Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerlu lagu
Menarik menari seluruh aku

                                                (Sajak Putih, Chairil Anwar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Try Relay: the free SMS and picture text app for iPhone.