1. Pengertian
Dalam KBBI edisi ke-4, makna berarti arti, maksud
pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk
kebahasaan. Makna kata berarti maksud
atau arti suatu kata atau isi suatu pembicaraan. Untuk mengetahui makna kata secara pasti dan benar, maka
dapat dicari dalam kamus. Namun demikian, ada pula kata yang mengalami
perubahan makna karena adanya situasi yang memengaruhi.
2. Makna
Leksikal dan Gramatikal
Pembedaan kedua jenis makna tersebut berdasarkan ada atau
tidak adanya perubahan bentuk kata.
·
Leksikal adalah bentuk
ajektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon. Makna leksikal adalah
makna suatu kata yang belum mengalami proses perubahan bentuk. Istilah lain
untuk menyebutnya adalah makna sesuai dengan kamus. Makna sesuai dengan
penglihatan. Dikatakan pula bahwa makna leksikal adalah makna yang sesuai
dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indra, atau makna
yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa semua kata dasar pasti bermakna secara leksikal. Makna leksikal ini dapat
diketahui tanpa melihatnya dalam kalimat.
Contoh
: rumah (tempat
tinggal)
ayam
(binatang berkaki dua)
tikus (tikus itu dimakan kucing)
·
Makna
gramatikal adalah makna suatu kata setelah kata tersebut mengalami proses
gramatikalisasi (kebahasaan). Adapun perubahan gramatikal tersebut adalah
ü Pengimbuhan
Contoh : ber + main = bermain
ü Pengulangan
Contoh : rumah = rumah-rumah
ü Pemajemukan
Contoh : kaca dan mata = kacamata
ü Intonasi
Contoh : Agus pergi. Agus pergi?
ü Urutan
kata
Contoh : Sinar dipukul Asma.
Asma dipukul
Sinar.
ü Kata
tugas
Contoh : Bojes makan dan minum di
sini.
Bojes makan atau minum di sini.
Makna gramatikal suatu kata bisa sama, berubah, atau
bahkan berbeda dengan makna leksikalnya. Struktur kalimat sangat memengaruhi
makna gramatikal tersebut. Oleh karena itu, makna gramatikal sering juga
disebut makna struktural atau makna situasional. Makna struktural karena proses
dan satuan gramatikal itu selalu berkenaan dengan struktur kebahasaan.
Contoh:
Jenis
Makna
|
Contoh
kata
|
Leksikal
|
main
|
Gramatikal
|
- mainan
- main-mainan
- bermain-main
- memainkan
- permainan
|
3. Makna
Denotatif dan Makna Konotatif
Makna ini diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya
perubahan makna pada kata dasar suatu kata. Apabila kata dasar tersebut tidak
ada perubahan makna maka kata tersebut bermakna denotasi atau denotatif. Sering
juga disebut makna denotasional, makna konseptual, atau makna kognitif karena
dilihat dari sudut yang lain pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab
makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan
hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, atau pengalaman
lainnya. Makna denotasi sering juga disebut makna asli atau makna bukan kias. Sebaliknya
apabila kata tersebut mengalami perubahan makna maka disebut makna konotatif.
Makna konotatif sering juga disebut makna kias.
Makna konotasi
adalah makna yang berdasarkan perasaan, pikiran seseorang. Kata disebut
mempunyai makna konotatif apabila kata tersebut mempunyai nilai rasa, baik
positif maupun negatif. Perubahan makna tersebut dapat berupa perbandingan dan
pengiasan dengan benda atau hal lainnya. Terkadang makna konotasi ini dapat
diketahui ketika kata tersebut telah tergabung dalam kalimat. Olehnya itu,
makna konotasi sering juga disebut makna kontekstual.
Contoh:
Jenis
Makna
|
Contoh
Kata
|
Makna
Kata
|
Denotasi
|
1. mata
Amir
2. mata
kucing
3. termangu
|
mata yang dimiliki oleh Amir.
mata yang dimiliki oleh kucing.
terdiam
|
Konotasi
|
1. mata
keranjang
2. mata
baut
3. mata
air
4. termangu
|
Suka melirik ke sana ke mari.
Mata yang terpasang pada baut.
Tempat bermuaranya/keluarnya air. Biasanya di atas gunung atau tempat-tempat tertentu.
Kekosongan
jiwa
|
4. Hubungan/Relasi
Makna
a. Makna
Umum dan
Makna Khusus
Dalam hubungan antarkata, ternyata ada kata yang memiliki
hubungan secara bertingkat atau gradual. Suatu kata merupakan anggota dari kata-kata lainnya; sebaliknya suatu kata
membawahi kata-kata yang lain.
Contoh:
batu berharga
Intan permata berlian
Hewan
Kuda kelinci burung
b. Sinonim
Secara etimologi kata sinonimi berasal
dari bahasa Yunani Kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’, dan syn
yang berarti sama dengan. Secara harfiah sinonim atau sinonimi berarti ‘nama
lain untuk benda atau hal yang sama. Secara semantik Verhaar (1978)
mendefinisikan sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang
maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain.
Contoh:
Kata
|
Sinonim
|
jelek
|
buruk
|
pintar
|
pandai
|
cantik
|
jelita
|
bunga
|
kembang,
puspa
|
meninggal
|
mati, wafat, tewas, mampus, mangkat.
|
abadi
|
kekal,
langgeng, selamanya
|
absent
|
bolos,
mangkir
|
arif
|
bijaksana,
berilmu, terpelajar, cendekia
|
Hubungan makna antara dua kata yang bersinonim bersifat
dua arah. Jadi, kalau kata bunga bersinonim dengan kata kembang, maka kata
kembang juga bersinonim dengan kata bunga. Tetapi perlu diingat bahwa sinonim
bukanlah bahwa makna kata seratus persen sama. Makna kata terkadang hanya
memiliki kemiripan makna. Terkadang penggunaannya dalam kalimat tidak bisa
saling menggantikan.
Contoh:
-
Tikus itu mati diterkan kucing. (benar)
-
Tikus itu meninggal diterkam kucing. (salah)
-
Tikus itu wafat diterkam kucing (salah)
Ketidakmungkinan kita menukar sebuah kata dengan kata
lain yang bersinonim disebabkan oleh banyak hal. Antara
lain sebagai berikut:
·
Faktor
waktu. Misalnya kata hulubalang bersinonim dengan kata komandan. Namun,
keduanya tidak mungkin dipertukarkan karena kata hulubalang hanya cocok untuk
situasi kuno, klasik, atau arkais. Sedangkan kata
komandan hanya cocok untuk situasi saat ini.
·
Faktor tempat atau daerah.
Misalnya kata saya dan beta adalah bersinonim. Tetapi kata beta hanya cocok
digunakan di daerah Maluku, sedangkan kata saya dapat digunakan di mana saja.
·
Faktor sosial. Misalnya kata aku dan saya adalah kata yang
bersinonim. Tetapi, kata aku hanya dapat digunakan untuk orang yang sebaya dan
tidak bisa digunakan untuk orang tua atau yang lebih tinggi status sosialnya.
·
Faktor bidang kegiatan. Misalnya
kata tasauf, kebatinan, dan mistik adalah tiga kata yang bersinonim. Namun,
kata tasauf hanya lazim digunakan dalam agama islam; kata kebatinan untuk yang
bukan islam; kata mistik dapat digunakan secara umum.
·
Faktor nuansa makna. Misalnya
kata melihat, melirik, melotot, memandang adalah kata yang bersinonim. Kata
melihat memang bisa digunakan secara umum, tetapi tidak dengan kata yang
lainnya.
c. Antonim
Kata antonimi berasal dari bahasa Yunani
kuno, yaitu onoma yang artinya ‘nama’ dan anti atau ant yang
artinya ‘melawan’. Secara harfiah antonim berarti nama lain untuk benda lain
pula. Antonim kemudian diartikan sebagai kata-kata yang berbeda atau berlawanan
maknanya.
Hubungan makna antara dua buah kata yang beratonim sifatnya
dua arah. Walaupun demikian antonim sama halnya dengan sinonim tidak bersifat
mutlak. Antonim juga disebut oposisi makna.
Contoh:
Kata
|
Antonim
|
bagus
|
buruk
|
besar
|
kecil
|
membeli
|
menjual
|
siang
|
malam
|
hidup
|
mati
|
hitam
|
putih
|
belum
|
sudah
|
aman
|
kacau
|
hulu
|
hilir
|
lentur
|
kaku
|
kaya
|
miskin
|
Jenis-jenis antonim, yaitu:
·
Antonim mutlak
Antonim mutlak berarti dua buah kata berlawanan makna
secara mutlak.
Contoh : hidup X mati
gerak X diam
·
Antonim Kutub
Pertentangan pada antonim kutub ini tidak bersifat
mutlak, melainkan bersifat gradasi. Artinya,
terdapat tingkat-tingkat makna pada kata-kata tersebut.
Contoh : kaya X miskin
besar X kecil
panjang X pendek
Pada umumnya kata-kata yang berantonim kutub ini berasal
dari jenis kata ajektif (sifat)
·
Antonim hubungan
Makna kata yang beratonim secara hubungan (relasional)
ini bersifat saling melengkapi. Artinya,
kehadiran kata yang satu karena ada kata yang lain yang menjadi oposisinya.
Contoh : pasang X surut belajar X mengajar
pulang X
pergi atas X bawah
suami X istri guru X murid
·
Antonim hirarkial
Makna kata yang berantonim hirarkial ini menyatakan suatu
deret jenjang atau tingkatan. Oleh karena itu, kata-kata yang berantonim
hirarkial ini adalah kata yang berupa nama satuan ukuran (panjang, berat, dan
isi), nama satuan hitungan dan penanggalan, nama jenjang kepangkatan dan
sebagainya.
Contoh : meter x kilometer
liter x kilogram
kuintal x bon
·
Antonim majemuk
Antonim majemuk adalah perlawanan makna kata yang bukan
hanya satu lawan satu kata, tetapi sebuah kata yang mungkin saja memiliki
banyak antonim.
Contoh : berdiri X duduk
berbaring
tiarap
berjongkok
Suatu hal yang perlu diketahui bahwa tidak semua kata
memiliki antonim. Misalnya, kata rumput dan mobil tidak memiliki antonim.
Begitupun dengan banyak kata yang lain.
d. Homonim
Homonim juga berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu onoma yang artinya ‘nama’ dan homo yang artinya ‘sama’. Dalam ilmu
bahasa, istilah tersebut diartikan sebagai kata-kata yang bentuk dan cara
pelafalannya sama, tetapi maknanya berbeda.
Contoh I : Karena krisis ekonomi, negara ini sangat genting.
Genting rumahnya
berhamburan diterjang angin.
Dia bisa menyelesaikan soal tersebut
dengan cepat.
Bisa
ular tersebut telah menyebar dalam peredaran darahnya.
Contoh II:
Kata
|
Makna
|
pacar
|
kekasih
inai
|
baku
|
bahan
baku
standar
|
bandar
|
pelabuhan
parit
pemegang uang dalam perjudian
|
adat
|
aturan
mogok
|
efek
|
akibat
surat
berharga
|
iris
|
selaput pada mata
potong kecil-kecil
|
e. Homograf
Homograf adalah dua buah kata yang memiliki penulisan
yang sama, tetapi ejaan dan maknanya berbeda.
Contoh:
Kata
|
Makna
|
teras
|
penting
atau inti
bagian
depan rumah
|
apel
|
sejenis
buah
upacara
kencan
|
sedan
|
tangisan sedu
sejenis mobil penumpang
|
f. Homofon
Homofon terdiri atas dua kata, yaitu homo yang
berati ‘sama’ dan fon yang berati ‘bunyi’. Dalam perkembangannya homofon
diartikan dua buah kata atau lebih yang memiliki penulisan yang berbeda, bunyi
yang sama/hampir sama, tetapi memiliki makna yang berbeda.
Contoh:
Kata
|
makna
|
bang
bank
|
kakak
lembaga
yang mengurus uang
|
sangsi
sanksi
|
ragu,
meragukan
hukuman,
konsekuensi
|
masa
massa
|
waktu
masyarakat
banyak
|
Cara Cepat
Hubungan
Makna
|
Pelafalan
|
Penulisan
|
Makna
|
Sinonim
|
berbeda
|
berbeda
|
sama/hampir
sama
|
Antonim
|
berbeda
|
berbeda
|
berbeda
|
Homofon
|
sama
|
berbeda
|
berbeda
|
Homograf
|
berbeda
|
sama
|
berbeda
|
Homonim
|
sama
|
sama
|
berbeda
|
g. Polisemi
Polisemi berasal dari kata poly dan sema,
yang berarti ‘banyak’ dan ‘tanda’. Jadi, polisemi adalah suatu kata yang
memiliki banyak makna.
Contoh I : kata kepala pada kalimat:
1) Penulisan surat dimulai dengan kepala surat.
(bagian paling atas dari surat)
2) Kepala kantor
marah karena perbuatan Sudir. (pemimpin)
3) Kepala-nya
berdarah setelah tersebetur di batu. (bagian kepala/atas
manusia)
Contoh II : sakit pada kalimat
1) Karena sakit, dia tidak datang hari ini.
2) Akibat krisis global, banyak perusahaan yang sakit.
3) Sule
sakit hati karena nilanya sangat rendah.
h. Hiponimi
Hiponimi juga berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu onoma
yang berarti ‘nama’ dan hypo yang berarti ‘di bawah’. Secara harfiah
dikatakan bahwa nama yang yang termasuk di bawah nama lain. Verhar (1978: 13)
menyatakan hiponim ialah ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat juga
berupa frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna
suatu ungkapan lain.
Contoh :
Ikan
bandeng mujair tenggiri cakalang
Kata bandeng, mujair, tenggiri, dan cakalang adalah
hiponim dari kata ikan tersebut. Hiponim juga sering disebut kata yang bermakna
khusus atau subordinat.
i. Hipernimi
Hipernimi adalah kebalikan dari istilah hiponim.
Hipernimi diartikan sebagai kata yang mencakup makna kata lain. Jadi, pada
contoh bagian hiponim, kata ikan adalah hipernim dari kata bandeng, mujair,
tenggiri, dan cakalang. Sering juga diistilahkan bahwa hipernim adalah kata
umum atau superordinat.
j. Kohiponimi
Kohiponimi berarti hubungan antara hiponim yang satu
dengan hiponim yang lain. Misalnya, hubungan antara bandeng, tenggiri, dan
cakalang merupakan kohiponim dari hiponim terhadap kata ikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar